Selasa, 25 Mei 2010

NASEHAT YANG BAIK
Oleh: Adhy Margono
وعن ابي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إستوصوا بالنساء خيرا , فإن المراة خلقت من ضلع , وإن اعوج ما في الضلع اعلاه , فان ذهبت تقيمه كسرته , وإن تركته , لم يزل اعوج , فاستوصوا باالنساء ) (متفق عليه)
Artinya: "dari Abu Hurairoh R.a. Rosulullah saw bersabda: sampaikanlah kebaikan kepada kaum wanita, karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Oleh karena itu, jika kalian ingi meluruskan, maka berarti kalian mematahkannya, dan jika kalian biarkan saja, niscaya dia akan tetap bengko. Oleh karena itu, sasmpaikanlah pesan kepada kaum wanita". (Muttafaq `Alaihi)
PEMBAHASAN
A. Makna Hadits Secara Global
Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhori dan muslim. hadits ini menunjukkan perintah untuk para suami, saudara laki-laki untuk menasehati kaum wanita dengan baik dan tidak mendzolimi dan senantiasa memberikan hak-haknya kepada mereka serta mengarahkan mereka kepada kebaikan.
Karena didalam riwayat yang lain disebutkan bahwasannya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang mudah bengkok yaitu yang paling atas yakni setelah pangkal rusuk. dan jika kamu meluruskannya maka kamu akan mematahkannya, dan jika kamu ingin bersenang-senang dengannya maka kamu akan merasa puas dan dia akan tetap bengkok. Maksud dari kata-kata bengkok disini adalah karena wanita itu mempunyai kelemahan yaitu kurangnya akal. Dalam sabda Nabi saw, beliau menjelaskan bahwasannya yang dimamksud kurang akal disini adalah persaksian dua wanita itu sebanding dengan persaksian seorang laki-laki, maka kekeurangan ini karena sudah ditetapkan oleh Allah Swt.
B. Makna Hadits Ditinjau Dari Sudut Pandang Da`wah
a) Metode Penyampaian Da`wah Terhadap Mad`u
Metode penyampaian da`wah bagi seorang da`I agar pesan atau nasehat itu bisa sampai kepada mad`u yaitu dengan beberapa cara, diantaranya adalah:
 Menggunakan Cara Hikmah
Maksud pengertian hikamah disini adalah mengajak berbicara kepada akal manusia dengan dalil-dalil ilmiah yang memuaskan, dan dengan bukti-bukti logika yang cemerlang. Semuanya itu dilakukan guna mengikis keragu-raguan dengan argumentasi dan penjelasan-penjelasan, menolak hal-hal yang syubhat dan mengalihkan kepada hal-hal yang jelas dan mudah dipahami. Serta menghindari hal-hal yang bersifat dzanni menuju permasalah yang qath`I, dari permasalahan yang furu` kepada permasalahan yang pokok (ushul).
 Menggunakan Metode Mau`idzoh Hasanah
Jika cara hikmah mengajak berbicara kepada akal agar memaklumi pesan-pesan, maka da`wah dengan cara mau`idzah hasanah (pelajaran yang baik) adalah mengajak berbicara kepada hati dan perasaan agar menyadari dan tergerak untuk bertindak. Karena manusia memiliki instrument vital yang harus kita perhatikan yaitu akal dan hati. Dan fungsi akal adalah untuk memahami dan mendalami, sehingga mencapai pengetahuan. Adapun fungsi hati adalah untuk merasakan dan menghayati, sehingga timbul kemauan dan emosional rasa suka atau rasa benci.
Semua manusia membutuhkan dua metode untuk berda`wah yaitu metode hikmah dan metode mau`idzoh hasanah. Dimana suatu saat metode hikmah itu lebih tepat dan cara mau`idzoh hasanah itu lebih efektif. Meskipun orang awam itu membutuhkan mau`idzah hasanah yang menggerakkan perasaan dan menggugah emosionalnya untuk melakukan kebaikan, sedangkan kaum intelektual itu membutuhkan cara-cara yang hikmah, agar akal mereka itu mau menerima kebenaran dan pada gilirannya mereka tergerak untuk melakukan kebaikan dan kebenaran itu.
Bagi seorang da`I, dalam menyampaikan mau`idzah hasanah itu tidak sembarangan, akan tetapi cara menyampaikan mauidzah hasanah itu dengan cara yang baik dan indah. Dan kebaikan itu bisa didapatkan didalam menyeleksi obyek yang tepat, metode yang menarik, waktu dan tempat yang sesuai, atau nasehat yang menyentuh perasaan terdalam pada sanubari seseorang, sehingga terbangkitkan emosionalnya. Terkadang kebaikan juga terdapat pada penyikapan da`I terhadap kelemahan seseorang, ia tidak mencela kesalahan atau menyakiti hatinya tatkala sedang bersalah. Akan tetapi memaklumi karena setiap manusia berbuat salah kemudian mengarahkannya agar tidak melakukan kedua kalinya dimasa yang akan datang. Suatu contoh misalnya, Rosulullah Saw pernah menegur seseorang karena mencela sahabat lain yang kecanduan khomer. Ketika sahabat itu datang kehadapan Nabi saw dalam keadaan mabuk, seseorang mengatakan: " Allah Swt melaknatnya betapa banyak khomer yang diminumnya. Maka Rosulullah saw menegurnya dengan cara yang halus yaitu dengan mengatakan " janganlah kamu menjadi penolong setan atas saudaramu".
Terkadang kebaikan itu terletak pada cara yang luwes antara pemberian nasehat dan ancaman, dan kita tidak boleh menakut-nakuti sampai-sampai si mad`u tersebut putus harapan dari kenikmatan Allah swt. Allah swtb berfirman: (Q.s. Yusuf: 87)
"jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
 Dengan Menggunakan Bahasanya
Dalam berda`wah tentunya kondisi mad`u itu berbeda-beda. Dari sisi bahasanyapun berbeda pula. Dalam hal ini seorang da`I dituntut harus bisa menjelaskan terhadap mad`u. apakah seorang da`I itu harus mempelajari berbagai bahasa yang ada dimasyarakat itu sendiri atau tidak? Tentunya kalau kita kembalikan kepada al-Qur`an surat Ibrahim ayat: 4, Allah Swt berfirman.
" kami tidak mengutus seorang Rosul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya mereka dapat memberikan penjelasan dengan terang kepada mereka"

Maksud ayat ini adalah, ketika kita berda`wah kepada mad`u yaitu kalangan orang-orang yang berilmu, tentunya kita juga harus menggunakan bahasanya mereka. Kalau kita berda`wah terhadap orang-orang desa, tentunya kita juga harus menggunakan bahasa orang0orang desa tersebut bukan bahasa modern.
 Dengan Bersikap Ramah
Seorang da`i tentunya harus bersikap ramah dan lemah lembut dalam menyampaikan perintah dan larangan terhadap mad`u. menyiapkan diri terhadap orang-orang yang dida`wahi sebelum menyampaikan risalah kepada mereka, serta berpegang teguh kepada metode Nabi saw dalam da`wah dan pengajarannya, sebagai mana perintah beliau "permudahlah dan janganlah mempersulit, berilah berita gembira dan janganlah menyusahkan”
Oleh sebab itu, kita tidak boleh membebani seseorang dengan sesuatu urusan yang tidak kuat dipikulnya. akan tetapi kita berda`wah harus bisa melihat kadar kemampuan mad`u itu sendiri.
b) Manfaat Nasehat Bagi Da`i Dan Mad`u
 Manfaat nasihat bagi da`i :
 Menjadikan da`I itu lebih berhati hati dalam berbicara. (setiap ucapannya mengandung hal-hal yang bermanfaat)
 Selain ia memberi nasahat bagi mad`u, ia juga harus konsisten dengan ucapannya dan ucapannya itu bisa di pertanggung jawabkan.
 Meninggalkan hal-hal yang janggal dalam pembicaraan.
 Tidak mudah putus asa.
 Manfaat nasehat bagi mad`u:
 Membuat orang insaf dan kembali kejalan yang benar,
 Dapat mengembalikan manusia kepada tuhan mereka.
c) Sikap Mad`u Terhadap Da`wah
Menurut Dr. Ali Aziz didalam bukunya Ilmu Da`wah, beliau mengatakan: Diantara sikap mad`u terhadap da`wah itu dibagi menjadi tiga golongan, diantaranya adalah;
a. Golongan simpati aktif, maksudnya adalah mad`u yang menaruh simpati dan secara aktif memberi dukungan moril dan materiil terhadap kesuksesan da`wah. Dan mereka juga berusaha mengatasi hal-hal yang dianggapnya merintangi jalannya da`wah dan bahkan mereka berani berkorban segalanya untuk kepentingan da`wah.
b. Golongan pasif, maksudnya adalah mad`u yang masa bodoh terhadap da`wah tidak merintangi da`wah.
c. Golongan antipati, maksudnya adalah mad`u yang tidak rela atau tidak suka akan terlaksananya da`wah. Dan mereka berusaha untuk merintangi da`wah.
d) Nasihat untuk kaum wanita
1. Kewajiban bagi kaum wanita ialah hendaknya mengarahkan upaya yang semaksimal mungkin dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh akan ajran agama.
2. Hendaknya selalu memperhatikan, membina kehidupan pribadi keluarga dan masyarakat sehingga orang lain dapat mencontohnya dari apa yang telah diketahui mereka tentang ajaran agama, dengan mempelajari al-qur`an dan hadits.
3. Hendaknya kaum wanita harus memperhatikan dalam membina keluarganya.





DAFTAR PUSTAKA
 Abdullah bin Baz, Abdul Aziz Bin. Fatwa-Fatwa Terkini, Jakarta: Darul Haq, 2003, Vol. I
 .Ied Al-hilali, Salim. Bahjatu an-Nadzirin, Syarah Riyadus Shaalihin , Maktabah Syamila, Vol. I
 Mmaktabah Syamila, Hadits Bukhori No. 3084
 Al-Qardhawi, Yusuf, Dr. Retorika Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007, Cet. II
 Al-Qarni, `Aidh Abdullah, Dr. Demi Masa, Jakarta: Cakrawala Publishing, 2005, cet. I
 Ali Aziz, Moh. Dr. M. Ag. lmu Da`wah, Jakarta: Kencana, 2004, Cet. I
 Al-maududi, Abul a`la, Petunjuk Untuk Juru Da`Wah, Bandung: Pustaka al-ma`arif, 1982

Tidak ada komentar:

Posting Komentar