Kamis, 27 Mei 2010

BANI ABBASIYAH (1)

MASA KEEMASAN ISLAM DALAM BIDANG ILMU
DI MASA PEMERINTAHAN BANI ABBASIYAH PERIODE PERTAMA
Oleh: Ady Margono

I. PENDAHULUAN
Kekuasaan dinasti Bani Abbasiyah merupakan khalifah yang melanjutkan kekuasaan dinasti Ummayyah. Dinasti Abbasiyah merupakan kekuasaan yang didirikan oleh keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Yaitu Abdullah Al-Saffan Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Al-Abbas. Pada dinasti Abbasiyah mencapai masa keemasan islam. Pada masa itu islam mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban, dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, di tambah lagi dengan banyaknya penerjemah buku-buku bahasa asing ke bahasa arab, dan melahirkan tokoh-tokoh intelektual muslim.
Pemerintahan Bani Abbasiyah berdiri pada tahun 132 H/749 M seiring dengan runtuhnya Bani Ummawiyah. Pemerintahan bani abbasiyah runtuh pada tahun 856 H / 1258 M setelah orangh-orang mongol menghancurkan Baghdad dan membunuh kholifah terakhir bani abbasiyah. Dengan demikian, bani abbasiyah menjadi penguasa selama 524 tahun yaitu tahun 132 - 656 H.
Pemerintahan mereka di bagi menjadi dua periode sebagaiman banyak di istilahkan kalangan sejarawan.
1. Pemerintah Abbasiyah Periode pertama, di mulai sejak tahun 132 - 247 H/ 749-861 M. (Masa kejayaan para kholifah abbasiyah). Ada penguasa di periode ini.
2. Pemerintaha Abbasiyah Period e ke dua, di mulai sejak tahun 427-656 H/ 861-1258 M. (masa ini adalah masa lemahnya para kholifah dan lenyapnya kekuasaan mereka. Masa ini dikuasai kalangan militer). Ada sebanyak 27 kholifah yang berkuasa pada masa itu.

II. PEMBAHASAN
A. Masa keemasan Bani Abbasiyah
Dari perjalanan dan rentang sejarah, ternyata Bani Abbas dalam sejarah lebih banyak berbuat dari pada bani Ummaiyah. Pergantian dinasti Ummayah kepada dinasti Abbasiyah tidak hanya sebagai pergantian kepemimpinan saja, padahal lebih dari itu karena telah mengubah wajah dunia islam dalam refleksi kegiatan ilmiah. Pengembangan ilmu pengetahuan pada bani Abbasiyah merupakan pengembangan wawasan dan disiplin keilmuan.
Kontribusi ilmu terlihat pada upaya Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan putranya Al-Ma’mun (813-833 M) ketika mendirikan sebuah akademi pertama dilengkapi pusat peneropongan bintang, Perpustakaan terbesar dan dilengkapi pula dengan lembaga untuk penerjemahan.
a. Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M)
Khalifah ini dilahirkan di Raiyi pada tahun 145 H, beliau adalah seorang putra dari Al-Mahdi dan Khai Zuran, beliau diangkat sebagai khalifah secara resmi pada tahun 170 H. ketika Harun Al-Rasyid memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga pemberontakan. Luas wilayahnya mulai dari afrika utara hingga ,ke India. Pada masanya hidup pula para filosof, punjaga, ahli baca Al-Qur’an, dan para ulama dibidang agama. Didirikan pula perpustakaan yang di beri nama Baitul Hikmah, didalamnya orang-orang dapat membaca, menulis dan berdiskusi. Ini merupakan keagungan Pemerintah Di Zaman Harun Al-Rasyid.
Pemerintah khalifah Harun Al-Rasyid merupakan pemerintahan yang baik dan terhormat, bersih dan penuh kebijakan serta paling luas daerah pemerintahannya. Beliau adalah seseorang sastrawan pencipta cerita-cerita lama dan syair-syair. Di zaman pemerintahannya itu baitul mal di tugaskan menanggung nara pidana dengan memberikan makanan pada setiap orang.
Penyebab kekhalifahan Harun Al-Rasyid menjadi masyhur adalah naungannya ke atas ilmu pengetahuan, dan mendirikan Baitul Hikmah yang merupakan sebuah institusi kebudayaan dan pikiran cemerlang ketika itu, dan merintis jalan ke arah kebangkitan eropa. Dan yang paling utama adalah buku “Seribu Satu Malam” yang telah menduduki tempat paling atas dibidang kesusastraan dunia.

b. Al-Ma’mun (813-833)
Khalifah Al-Ma’mun lahir pada tahun 170 H / 786 M. bertepatan dengan di angkatnya bapaknya yaitu Harun Al-Rasyid menjadi khalifah Bani Abbasiyah yang ke enam. Abdullah Al-Makmun diangkat menjadi khalifah Bani Abbasiyah yang ke delapan setelah saudaranya yaitu Al-Amin meninggal dunia. Beliau di lantik oleh khalifah Harun Al-Rasyid, Al-Ma’mun menyandang gelar khalifah pada tahun 198 H. di zaman Al-Ma’mun itu bermulalah kerajaan Tahiriyah, hasil dari pelantikan terhadap Thahir bin Al-Husain sebagai Amir atau pemerintah bagi wilayah Khurrosan pada tahun 205 H. kerajaan Tahiriyah ini berkelanjutan hingga tahun 259 H. di zaman itu juga bermula kerajaan Ziyadiyah hasil pelantikan terhadap muhammad bin Ibrahim As-Ziadi, sebagai Amir di negeri Yaman dan Tihamah pada tahun 203 H untuk menumpaskan golongan Syiah di sana.
Al-Ma’mun merupakan salah seorang tokoh khalifah Abbasiyah yang paling terkemuka, intelektualnya dan kecintaan kepada ilmu pengetahuan serta jasa-jasanya dibidang tersebut yang telah meletakkan dirinya di puncak daftar khalifah-khalifah Abbasiyah. Di Baitul Hikmah beliau mengumpulkan berbagai ilmu pengetahuan asing, dan memerintahkan supaya dibeli dan dikumpulkan untuknya buku-buku karya beberapa bangsa asing, dan memerintahkan supaya diterjemahkan kedalam bahasa arab. Pada zaman itulah muncul filsafat arab yang agung, yaitu Al-kindi yang menulis mengenai beberapa ilmu pengetahuan. Al-Hajaj bin Yusuf bin Matr telah menerjemahkan untuk Al-Ma’mun beberapa buah buku karya Euclides dan buku Ptolemy.
Di masa kehalifahaan Al-Ma’mun terdapat dua blok kekuatan utama di kerajaan tersebut. Salah satunya adalah lingkungan aristokrasi di istana dan yang lain adalah blok egalitarian dan “Konstitu-Sionalis” yang berdasarkan syari’ah. Faham yang dianut oleh khalifah Abdullah Al-Ma’mun adalah faham Mu’tazilah, yang mana faham tersebut dijadikan sebagai faham resmi negara. Beliau mengemukakan faham Mu’tazilah sebagai faham resmi negara pada tahun 827 M. Ciri-ciri menonjol dinasti Bani Abbasiyah yang tidak terdapat di zaman Ummayah antara lain :
1) Dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi jauh dari pengaruh arab. Sedangkan dinasti Bani Ummayah sangat berorientasi kepada arab.
2) Dalam penyelenggaraan negara, kepada masa Bani Abbas ada jabatan wazir, yang membawahi kepala departemen.
3) Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas.
Lembaga-lembaga yang menjalani perkembangan pada masa pemerintahan Bani Abbas diantaranya :
a) Maktab / kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan, dan tulisan dan tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu agama seperti tafsir, hadits, fiqh, dan bahasa.
b) Perpustakaan dan akademi, perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis, dan berdiskusi.


B. Faktor-faktor pendukung masa keemasan
Melihat perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal tersebut sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa arab, baik sebagai bahsa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Ummayah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Di samping itu, kemajuan itu paling tidak, juga terdapat faktor-faktor pendukung antara lain, yaitu :
a. Terjadinya asimilasi antara bangsa arab dengan bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan, asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Pengaruh Persia sangat kuat dibidang pemerintahan, selain itu juga berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, matematika, dan astronomi. Sedangkan pengaruh yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat.
b. Gerakan terjemah yang berlangsung dalam tiga fase;
• Fase pertama, pada masa khalifah Al-Mansyur hingga Harun Al-Rasyid, dalam menerjemah karya-karya di bidang astronomi dan mantiq.
• Fase kedua, berlangsung mulai masa khalifah Al-Ma’mun hingga tahun 300 H. buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran.
• Fase ketiga, berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.

C. Lahirnya tokoh-tokoh intelektual muslim.
Secara garis besar perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mencapai puncak kejayaan pada masa Harun Al-Rasyid. Dan ada juga gerakan penerjemah sehingga melahirkan tokoh-tokoh islam sesuai dengan keahliannya.

1. Perkembangan Ilmu Naqli
Yaitu bersumber dari Naqli (Al-Qur’an dan Hadits), yaitu ilmu yang berhubungan dengan agama islam. diantaranya :
a. Ilmu tafsir Al-Qur’an adalah sumber utama dari agama islam. Oleh karena itu semua prilaku ummat islam harus berdasarkan kepada keduanya, hanya saja tidak semua bangsa arab memahami arti yang terkandung didalamnya.
b. Ilmu Kalam, Yang berjasa dalam menciptakan ilmu kalam adalah kaum mu’tazilah, karena mereka adalah pembela gigih terhadap islam dari serangan yahudi, nasrani dan wasani.
c. Ilmu Tasawuf, Ilmu tasawuf adalah salah satu ilmu yang tumbuh dan matang pada zaman Abbasiyah.
d. Ilmu bahasa, Pada masa Bani Abbasiyah, ilmu bahsa tumbuh dan berkembang dengan suburnya, karena bahasa arab semakin dewasa dan menjadi bahasa internasional. Ilmu bahasa memerlukan suatu ilmu yang menyeluruh,
e. Ilmu Fiqh, Zaman Abbasiyah yang merupakan zaman keemasan tamadun islam telah melahirkan ahli-ahli hukum (Fuqoha) yang tersohor dalam sejarah islam dengan kitab-kitab fiqh (hukum).

2. Perkembangan Ilmu Aqli
Yaitu ilmu yang didasarkan kepada rasio, ilmu yang tergabung ilmu ini kebanyakan di kenal ummat islam berasal dari terjemahan asing.
a. Ilmu kedokteran
b. Ilmu Filsafat Al-Kandi (Filosuf Arab)

D. KESIMPULAN
Dari beberapa permasalahan yang diuraikan diatas dapat kita simpulkan bahwa Bani Abbasiyah merupakan penerus Bani Ummayah pada masa ini, islam mencapai puncak keemasan dan mengalami kejayaan di berbagai bidang, baik intelektual, ekonomi, dan kekuasaan yang telah melahirkan berbagai ahli ilmu pengetahuan. Keberhasilan tersebut tentunya terdapat faktor-faktor yang menyebabkannya keberhasilan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Usairy Ahmad, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Hingg Abada XX, Jakarta: Akbar Media Sarana, 2008, Cet. VI
Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, kalam mulia. Cet. I, Jil. 2
Hitti Philip K., History of The Arabs, Jakarta: Serambi 2005, Cet. I
Thohir Ajid, Perkembangan Peradaban Di Kawasasn Dunia Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada: 2004, Cet. I,

TAFSIR AYAT-AYAT DA`WAH

Q.S. AS-SAJDAH: 16
Oleh: Ady Margono
۞ MUQODDIMAH SURAT
تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ [٣٢:١٦]
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang kami berikan”
a. Nama lain Surat
Surat as-Sajdah mempunyai beberapa nama. Yang pertama, dinamakannya surat as-sajdah karena kalimat as-sajdah terdapat pada ayat yang ke 15, dengan alasan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah itu apabila diperintahkan kepada mereka ayat-ayat Allah mereka akan tersungkur sujud dan mengucapkan tasbih, sambil memuji kepada Allah dan mereka tidak sombong. Kemudian Yang kedua, Surat as-sajdah ini dinamakan juga dengan suroh al-madhoji`,dengan dalil تتجافي جنوبهم عن المضاجع , kemudian yang ketiga suroh sajadatu luqman dengan dalil surat sajdah itu terletak setelah surat luqman, dan yang terakhir ke empat yaitu surat al-manjiyah dengan alasan ada seorang laki-laki ketika itu disuruh untuk membaca ayat akan tetapi yang ia baca tidak sesuai dengan apa yang diperintahkannya dan membacanya banyak kesalahan.
b. Pokok-Pokok Pembahasan Dalam Surat
Pokok-pokok kandungan surat as-sajdah;
۩ Menjelaskan masalah keimanan,
Yang menyatakan bahwasannya Nabi Muhammad Saw itu banar-benar seorang Rosul dan menjelaskan bahwa kepada musyrikin makkah belum pernah diutus seorang Rosulpun sebelumnya: dan menegaskan bahwa Allah Swt adalah yang menguasai alam semesta dan Allah jugalah yang mengatur dengan aturan yang sempurna dan menyatakan bahwasannya hari kebangkitan benar-benar akan terjadi.
۩ Menjelaskan masalah hukum-hukum
Anjuran melakukan sholat malam (tahajud, witir).
۩ Menjelaskan masalah kejadian manusia di alam rahim dan fase-fase yang dilaluinya sampai ia menjadi manusia, menjelasan bagaimana keadaan orang-orang mukmin di dunia dan nikmat serta pahala-pahala yang disiapkan oleh Allah bagi mereka di akherat dan kehinaan yang menimpa orang-orang kafir.

c. Hubungan Surat Sebelum Dan Sesudahnya
• Hubungan surat as-Sajdah dengan surat sebelumnya(surat luqman)
a. Kedua surat ini sama-sama menerangkan dalil-dalil dan bukti-bukti keesaan Allah swt,
b. Kemudian surat luqman menjelaskan keingkaran orang-orang musyrik terhadap Al-qur`an, sedangkan didalam suratas-sajadah menjelaskan secara tegas bahwa al-Qur`an itu sungguh-sungguh diturunkan oleh Allah.
c. Didalam surat luqman ayat yang ke 34 disebutkan ada lima hal yang ghoib dan hanya Allah saja yang mengetahuinya, sedang dalam surat as-sajadah Allah menerangkan dengan sangat luas hal-hal yang berhubungan dengan yang ghoib.

• Hubungan surat as-Sajdah dengan surat sesudahnya (al-Ahzab)
Didalam surat as-sajdah diakhiori dengan perintah Nabi Muhammad saw kepada orang-orang mukmin supaya jangan menghiraukan orang-orang kafir itu hendaklah ditunggusaja siksaan yang akan menimpa mereka. sedangkan didalam surat al-ahzab dimulai dengan perintah Nabi Muhammad saw supaya orang-orang mukmin supaya bertaqwa dan jangan mengikuti orang-orang kafir dan munafiq
d. Jumlah Ayat, Waktu Dan Tempat Turunnya
Jumlah ayat yang terdapat dalam surat as-sajdah yaitu 30 ayat, 680 kalimat serta 1518 huruf. Surat as-sajdah ini turun secara mutlak di makkah. Menurut riwayat yang lain surat ini turun setelah surat al-mukmin. Ibnu Abbas meriwayatkan bahwasanya ada pengecualian tiga ayat yang diturunkan di madinah. Akan tetapi yang meriwayatkan hadits ini dho`if. Diantara tiga ayat tersebut adalah, ayat yang ke 15,16 dan 17.
۞ PEMBAHASAN AYAT

a. Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat dikemukakan, ketika bilal dan para sahabat Rosulullah saw duduk-duduk dimasjid, ada sahabat-sahabat lainya yang sholat sunat sesudah maghrib sampai isya. Dengan demikian ayat ini menggambarkan perbuatan orang-orang yang terpuji. Didalam riwayat yang lain dikemukakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan para sahabat yang menunggu sholat al-`atamah (yaitu sholat isya` yang dilakukan di akhir malam).

b. Hubungan Ayat Sebelum Dan Sesudahnya
Didalam ayat yang ke-16 ini Allah swt menjelaskan tentang bagaimana para sahabat Rosulullah saw itu melaksanakan ibadah dengan khusyu` dan berdo`a dengan rasa takut dan harapan. Sampai-sampai lambung mereka tidak menempel dengan tempat tidur yang menunjukan lambungnya tidak mungkin tenang berada diatasnya.
Menurut Mughiroh bin syu`bah beliau menggambarkan bagaimana Rosulullah saw melaksanakan ibadah sholat malam sampai kedua telapak kakinya pecah-pecah. padahal Allah swt telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu dan yang akan datang?. “ beliau mmenjawab, “ tidaklah pantas jika akau menjadi hamba yang bersyukur”? Yakni apakah aku tidak boleh bersyukur kepada Allah?
Dengan demikian, bahwasannya Rosulullah saw yang oleh Allah swt telah dijanjikan masuk syurga, tetap melaksanakan ibadah dengan rasa khauf dan raja`, dan ini adalah bentuk rasa syukur Rosulullah saw terhadap nikmat yang Allah berikan terhadap beliau.
Jadi hubungan ayat ini dengan ayat sebelum dan sesudahnya yaitu bagaimana Allah swt itu menggambarkan orang-orang yang beriman itu tunduk dan patuh terhadap peringatan-peringatan Allah swt. Dengan tunduk dan patuhnya mereka orang-orang yang beriman terhadap Allah swt itu menimbulkan berbagai kenikmatan. Diantaranya Allah swt menjanjikan syurga baginya.
۞ Kajian Ayat Secara Mendalam
Kalimat يدعون ربهم خوفا وطمعا yang terdapat di dalam surat as-sajdah ayat ke 16 maksudnya adalah ketika para sahabat itu berdo`a kepada Allah swt, mereka berdo` dengan rasa takut dan harap. karena takut akan adzab dan siksaan Allah , serta berharap akan limpahan rahmat dan karunia-Nya Allah swt . Dalam hal ini ada dua pembahasan;
a. Raja` (harapan)
Raja`(harapan) adalah senangnya hati karena menunggu sesuatu yang akan disukai atau dicintainya. Apa bila tidak disertai dengan usaha sepenuhnya terhadap faktor-faktor disebut ghurur (ketertipuan). Dan menunggu sesuatu yang sudah pasti juga tidak disebut raja` karena hal itu sudah pasti yang telah ditetapkan oleh Allah swt.
Ada tiga faktor yang harus dipenuhi oleh orang yang roja` terhadap sesuatu. Yaitu:
1. Mencintai yang diharapkannya.
2. Takut akan kehilangannya
3. Usaha untuk mendapatkannya.
Raja` yang tidak disertai dengan tiga perkara tersebut diatas hanyalah angan-angan semata. Sedangkan roja` itu bukan angan-angan, begitu pula sebaliknya.
Setiap orang yang ber- roja` (harap) pastilah ia orang yang ber- khauf (takut). Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh: “ barang siapa takut pasti akan berjalan semalam suntuk, barang siapa berjalan semalam suntuk tanpa mengenal lelah ia akan sampai di rumah. Ketahuilah perniagaan Allah itu mahal, ketahuilah perniagaan Allah itu mahal”.
b. Khauf (takut)
Takut adalah “cambuk” Allah swt untuk menggiring hamba-hambanya menuju ilmu dan amal agar mereka mendapatkan kedekatan Allah swt.
Kahuf juga diartikan dengan ungkapan derita hati dan kegundahannya terhadap apa yang akan dihadapi. Khauf ini yang mengiktanya dengan bentuk-bentuk ketaatan. Seseorng yang sedikit khaufnya, maka akan terdorong untuk menuju kealpaan dan keberanian untuk melakukan maksiat. Apabila sebaliknya terlalu berlebihan dalam kahauf akan menyebabkan putus asa dan harapan .
• Keutamaan Surat as-Sajdah
Diantara keutamaan surat as-Sajdah adalah;
a. Seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh, bahwasannya nabi saw membaca di waktu fajar pada hari jum`at surat as-Sajdah dan { هَلْ أَتَى عَلَى الإنْسَانِ },
b. Seperti yang diriwayatkan oleh Jabir, bahwasannya Nabi saw tidak tidur sampai beliau membaca surat as-Sajdah { تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ }

• Keutamaan Khauf Dan Raja`
Ada banyak nash-nash yang mejelaskan tentang keutamaan khauf dan raja` Sehingga pertanyaan yang menyatakan apakah khauf lebih utama ataukah raja`? pada dasarnya khauf dan raja` adalaah dua obat yang dapat mengobati hati. Dan keutamaanya itu bergantung kepada penyakit yang ada. Jika yang dominan dalam hati itu penyakit rasa aman dari balasan tipudaya Allah Ta`ala, maka Kahauf jelas lebih utama. Jika yang dominan adalah penyakit putus asa dari rahmat Allah maka raja` adalah yang paling utama. Demikian pula yang dominan adalah kemaksiatannya maka khauf jelas lebih utama. Jadi, bagi orang yang melakukan kemaksiata kepada Allah yang lebih tepat baginya adalah ungkapan khauf. Sedankan bagi orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, maka yang lebih tepat baginya adalah menyeimbangkan keduanya antara khauf dan raja`. Oleh karena itu dikatakan “ sekiranya khauf dan raja` seorang mukmin itu ditimbang pasti akan seimbang.
Hal yang lebih tepat bagi mayoritas manusia dizaman sekarang ini adalah khauf, asalkan tidak sampai mengakibatkan mereka putus asa meninggalkan amal pebuatan dan menumpas harapan untuk mendapatkan ampunan. sehingga hal ini menjadi sebab kemalasan untuk beramal dan menjadi pendorong untuk tenggelam kepada kemaksiatan. Karena hal yang demikian itu adalah putus asa dari rahmat Allah dan bukan khauf.
۞ Takut Kepada Allah Mempunyai Dua Bentuk
a. Khauf orang yang awam, ia terjadi kdengan asas iman kepadasorga dan neraka, atau keberadaan keduanya sebagai balasan bagi ketaatan dan kemaksiatan. Khauf ini menjadi lemah dengan sebab kelalaian dan lemahnya iman.
b. Khauf para Ulama`, Dalam hal ini adalah khauf yang tertinggi. Yaitu Allah menjadi yang ditakuti karena takut akan terhalang dari-Nya dan berharap kedekatan kepada-Nya . Allah swt berfirman;
Sesungguhnya orang yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah Ulama. (Q.s. Fatir: 28)
۞ Perbedaan Khouf Dan Khosyah
a. Khosyah, adalah rasa takut yang di timbulkan dari rasa keagungan tentang apa yang ia takutkan, contoh takutnya para Ulama.
b. Khouf, yaitu perasaan khawatir yang sangat dibenci karena dilatar belakangi oleh indikasi-indikasi / balasan. Contoh manusia itu sselalu berharap dan takut dengan adzabnya.




DAFTAR PUSTAKA
۞ Ibnu `Asyur, Mohammad Tahir, Tafsir Tahrir wa Tanwir, Darul Suhun Linnasri wa tauzi`, Vol. 10
۞ Ahmad as-Sarbini, Mohammad Ibnu, Tafsir as-Sirojul Munir, Kairo:1285, Lebanon: Darul Thobiah al-`Amiroh al-Kaainah, Vol.I
۞ Al-Qur’an dan Terjemahnya, Madinah Al-Munawwarah : Maktabah al-Malik Fahd al-Wathiniyah
۞ Shaleh, Asbabun Nuzul, Bandung: CV. Penerbit Diponegoro,2002, Cet. 10
۞ al-Qarni. A`idh, Dr.Jagalah Allah Allah Menjagamu, Jakarta: Darul Haq, 2006, Cet. III
۞ Nasib ar-Rifa`I, Mohammad.Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Gema Insani Press, 2000, Vol. III, Cet. II
۞ Al-Jauziyyah, Ibnu Qayyim, Tazkiyatu Nafs, Solo: Cv. Arafah Group, 2007
۞ Hawwa, Sa`id. Mensucikan Jiwa, Jakarta: Robbani Press, 2001, Cet. IV
۞ Abu fida Ismail bin Umar bin Katsir, Tafsir Qur`an Adzim, Damaskus, Darut Toyyibah, 1999, Vol. 8

Rabu, 26 Mei 2010

Rahasia Di Balik Umur 40 Tahun...

بسم الله الرحمن الرحيم

Untuk Yang Mendambakan Keluarga Sakinah
DI BALIK USIA 40 TAHUN
Oleh: Muzayyin Abdul Wahab

وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Rabbi, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri". [QS. Al Ahqaf/46:15].

-1-
Mencapai umur empat puluh tahun bagi seorang anak manusia adalah suatu kenikmatan yang besar dari Allah Subhaanahu wa Ta'ala. Dan jika umur lebih panjang dari itu, tentulah merupakan kenikmatan yang lebih besar lagi. Itupun jika digunakan untuk ketaatan kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala dan Rasululloh Sallallahu 'Alaihi wa Sallam, Alhamdu lillahi Rabbil 'alamin.
Umur empat puluh tahun menurut konsep Qurani adalah tonggak yang teramat penting dalam perjalan hidup dan kehidupan manusia (al-Ahqaf /46:15). Tonggak ini dapat menjadi lebih terasa urgensinya lagi manakala kita membaca hadits Nabi yang diriwayatkan Imam at-Tirmidzi. Hadits tersebut menyatakan bahwa umur rata-rata ummat Nabi Muhammad Sallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah antara 60 sampai 70 tahun.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عُمْرُ أُمَّتِي مِنْ سِتِّينَ سَنَةً إِلَى سَبْعِينَ سَنَةً (رواه الترمذي)
Dari Abu Hurairah ra berkata : Rasulullah saw bersabda : Umur umatku antara 60 sampai 70 tahun (HR. Tirmidzi)

Tentu harus dipahami bahwa ada diantara manusia yang umurnya melebihi 70 tahun. Begitu juga sebaliknya, ada yang meninggal saat umurnya belum memasuki 40 tahun -bahkan ketika bayi sekalipun-.

-2-
Apa arti semua ini? Wallahu A'lam bisshawwab; bisa diambil kesimpulan bahwa dengan memasuki umur empat puluh tahun seorang anak Adam pada dasarnya telah melampaui lebih dari 2/3 umurnya. Oleh karena itu, patutlah masing-masing manusia melakukan muhassabah (koreksi diri) secara jujur. Apakah dengan sisa umurnya dia akan mampu mencapai negeri tujuan dengan selamat dan memberikan harapan kebahagiaan hakiki dalam kehidupan sesudah matinya? Inilah satu pertanyaan amat mendasar yang patut menjadi renungan bagi setiap orang, terutama yang telah mencapai usia empat puluh tahun.
Jika dilihat dari umur pernikahan pada umumnya, saat usia 40 tahun, seseorang telah menjalani kehidupan rumah tangga sekitar lima belas tahun (jika rata-rata pernikahan pada umur dua puluh lima tahun), dan sudah hadir bersamanya sejumlah anak sebagai buah pernikahannya. Sementara itu, biasanya dari sisi ekonomi seseorang pada usia tersebut telah mencapai kemapanan hidup secara material dan status ekonomi maupun sosial yang baik. Begitu juga bila ditinjau dari sisi fisik, pada usia itu seseorang telah mencapai 'kesempurnaan pertumbuhannya'; dan mungkin juga grafik pertumbuhannya mulai menurun.
Ibarat sebuah perjalanan jauh katakanlah misalnya, dari Jakarta menuju kota Semarang, sang musafir telah mencapai lebih dari 2/3 jarak tempuh, sudah berada di sekitar kota Pekalongan. Apakah langkah yang tersisa betul-betul bisa mengantarkannya sampai ke kota tujuan; Semarang. Atau sebaliknya, langkah yang diayunkannya membelokkannya dan menjauhkannya dari tujuan, na'udzu billahi min dzalik!

-3-
Ketika mencapai umur 40 tahun atau mencapai lebih dari 2/3 umur di dunia seseorang harus sering melakukan perenungan, sebagaimana dituntunkan surat al-Ahqaf /46 ayat 15 di atas :

1. …. وَتَوَجُّهٍ صَادِقٍ إِلَى اللهِ تَعَالَى بَعْدَ فَناءِ اْلكَثِيْرِ مِنَ اْلعُمُِر وَ لَمْ يَبْقَ مِنْهُ إِلاَّ قَلِيْلٌ ؟ هَلْ مِنْ عَزْمٍ أَكِيْدٍ
Adakah tekad yang kuat dan arah yang benar menuju Allah, setelah berlalu sebagian besar umur dan tidak tersisa kecuali sedikit?
2. هَلْ مِنْ تَفَكُّرٍ فِى عَظِيْمِ النِّعَمِ اَّلتِيْ أَسْبَغَهَا اللهُ ؟
Adakah pemikiran serius tentang besarnya ni’mat Allah?
3. هَلْ مِنْ عَزِيْمَةٍ مُتَجَدِّدَةٍ لِلتَّزَوُّدِ بِاْلأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ ؟
Adakah tekad yang selalu terbaharui untuk berbekal diri dengan amal shaleh?
4. هَلْ مِنْ يَقْظَةٍ عَالِيَةٍ لِلْعِنَايَةِ بِِِاْلأَبْنَاءِ وَ مُسْتَقْبَلِهِمْ ؟
Adakah kesadaran tinggi untuk peduli terhadap anak-anak dan masa depan mereka?
5. أَلْمِ يَحِنِِ اْلوَقْتُ لِلتَّوْبَةِ النَّصُوْحِِ ؟
Belum datangkah waktu untuk segera bertaubat?
6. أَلَـمْ يَرْغَبْ فِى دَوَامِ اْلإِسْتِقَامَةِ عَلَى اْلإِسْلاَمِ وَ تَعَالِيْمِهِ الشَّامِلَةِ اْلمُتَكَامِلَةِ
Tidakkah ingin senantiasa istiqamah dalam Islam dan ajaran-ajarannya yang amat mencakup dan sempurna ?

Dr. Annas Hassan Karzun seorang alumni Universitas Ummul Qura, Makkah al-Mukarramah, mengupas tuntas masalah ini dalam sentuhan kalbu dari percikan pemikiran yang amat menggugah. Melalui kitab: Taujihaat qur'aniyah li sinnil arba'in yang diterjemahkan dan diterbitkan dengan judul Life begins 40 Dalam Perspektif Islam. Belasan kitab telah disusun Penulis ini. Kitabnya yang paling utama adalah Tazkiyyatu Nafs, yang merupakan hasil desertasi doktornya, telah terlebih dahulu diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Berdasarkan Panduan Qur'ani penulis menjelaskan langkah-langkah strategis yang harus diambil seseorang ketika melampaui usia 40 tahun, bahkan semestinya diambil secara sangat serius. Mengingat kematian seseorang merupakan sebuah kepastian dan hanya Allah Subhaanahu wa Ta'ala Yang Maha Tahu kapan waktunya:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati... (Ali Imron/3 : 185)

Seorang penyair yang bijak berkata:
تَعَدَّدًتِ الأَسبَابُ وَالمَوتُ وَاحِدُ #
وَ مَن لَم يَمُت بِالسَّيفِ مَاتَ بِغَيرِهِ #

Bermacam-macam sebab kematian
Dan kematian itu sendiri Satu
Siapa yang tidak mati karena pedang,
Dia pasti mati dengan sebab yang lainnya

Langkah-langkah strategis yang diambil seseorang ketika melampaui usia 40 tahun berdasarkan surat al-Ahqof /46 ayat 15 sebagai berikut :

1. الْحِرْصُ عَلَى شُكْرِ النِّعَمِ
Bersungguh-sungguh dalam syukur ni’mat
2. اْلمُسَارَعَةُ إِلَى اْلعَمَلِ الصَّالِحِ
Bersegera melakukan amal shaleh
3. اْلإهْتِمَامُ بِالذُّرِّيَّةِ الصَّالِحَةِ
Peduli terhadap keturunan shaleh
4. اْلتَّوْبَةُ النَّصُوْحُ
Taubat yang sesungguh hati
5. اْلإِسْتِقَامَةُ فِي اْلإِسْلاَمِ
Konsisten dalam ber-Islam

Mengingat urgensi kupasan kitab ini, patut kiranya kitab ini menjadi bacaan dan acuan penting bagi semua, terutama yang dengan seizin Allah Ta'ala mendekati atau mencapai umur 40 tahun. Jangan kiranya terlambat melakukan langkah-langkah strategis guna menyongsong masa depannya, masa depan yang pasti terjadi. Dengarkanlah peringatan dini al-Quranu al-Kariim:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". [Al-Hasyr/59: 18].

Wallahu A'lam bisshawab.

KAJIAN FIQH DA’WAH

بسم الله الرحمن الرحيم

AKHLAQ DA’IE *)
Oleh :
Muzayyin Abdul Wahab

Muqaddimah

Ad-Da’wah Ilallah (mengajak manusia ke jalan Allah, al-Islam) sesungguhnya merupakan perkerjaan yang amat mulia, pekerjaan para rasul, yang kemudian diwarisi oleh dan menjadi kewajiban bagi para pengikut setianya.
siapakah yang lebih baik perkataannya dibanding dengan orang yang mengajak ke (jalan) Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri (muslim)?" (QS : Fushilat/ 41: 33)
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah dien dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (QS : Asy-Syuraa/42 : 13)

Secara sosiologis da’wah sebenarnya merupakan rekayasa sosial (social enginering) yang bertujuan merubah masyarakat dari satu keadaan menuju keadaan yang lebih baik dalam takaran norma-norma al-Islam.

Sosok diri seorang pembawa risalah da’wah (da’ie), karenanya, menjadi unsur yang amat penting dalam proses rekayasa sosial ini. Apakah ia akan menjadi uswah hasanah mengikuti jejak Rasululullah Saw, atau justru menjadi uswah sayyiah, mengambil keteladan yang menyimpang dari Rasulullah Saw. (Tafsir Kalam Al-Manan, Juz 6 hal. 208, oleh Asy-Syeikh Abdurrahman As-Sa’dy).

Seorang da’i yang tidak bisa menjadi uswah hasanah dalam bahasa Al-Imam Ibnul Qayyim disebut sebagai Ulama Su’ (ulama jahat), yang beliau lukiskan dampak negatifnya sebagai berikut :

"عُلَمَاءُ السُّوْءِ جَلَسُوْا عَلَى بَابِ الجَنَّةِ، يَدْعُو اِلَيْهَا النَّاسَ بِأَقْوَالِهِمْ، وَيَدْعُونَهُمْ اِلَى النَّارِ بِأَفْعَالِهِمْ. كُلَّمَا قَالَتْ أَقْوَالُهُمْ لِلنَّاسِ: هَلُمُّوا، قَالَتْ أَقْوَالُهُمْ : لَا تَسْمَعُوْا مِنْهُمْ. فَلَوْ كَانَ مَا دُعُوا اِلَيهِ حَقًّا لَكَانُوْا أَوَّلَ المُسْتَجِيبِينَ لَهُ. فَهُمْ فِي الصُّورَةِ أَدِلَّاءُ وَفِي الحَقِيقَةِ قُطَّاعُ الطُّرُقِ" كِتَابُ الفَوَائِدِ ص : 61
Ulama Su’.. ia duduk di hadapan pintu gerbang surga, mengajak manusia (yang lain) kepadanya, dengan ucapan-ucapan mereka, tetapi dalam waktu yang sama mengajak manusia ke neraka dengan perbuatan-perbuatan mereka. Maka, setiap kali ucapan ulama suu itu mengatakan : marilah kalian ke jalan yang benar; setiap itu pula perbuatan mereka sendiri mengatakan : Jangan dengar omongan mereka, sebab kalau memang apa yang mereka katakan itu benar, niscaya mereka sendirilah yang pertama kali menyambut dan mengamalkannya. Orang-orang seperti ini secara lahiriyah nampak sebagai pembimbing, tetapi secara haqiqi mereka adalah penghadang di tengah jalan” (Kitab Al-Fawaid hal. 16)

AL-QUDWAH AL HASANAH SEBAGAI INTI AKHLAK DA’I DAN URGENSINYA

Pekerjaan da’wah sebenarnya tidak sebatas memindahkan ilmu atau pengetahuan tentang Al-Islam kepada orang lain. Tetapi lebih dari itu, da’wah adalah memindahkan nilai (Al Qiyam Al-Islamiyah), memindahkan ruh dan semangat (Arr-u wa Al Hamasah Al Islamiyah), memindahkan perilaku (As Suluk Al-Islamy), memindahkan sikap (Al Mauqif al Islamy), memindahkan penampilan (As-Sima Al Islamy) dan memindahkan pengalaman-pengalaman (At-Tajarib Al-Islamiyah), yang secara akumulasi akan merupakan gerakan pengentasan masyarakat manusia dari jahiliyah kepada Al-Islam.
Rasulullah saw sebagaimana dinyatakan dalam AlQur’an adalah sebagai uswah hasanah (qudwah hasanah) bagi setiap muslim dan terlebih bagi setiap da’i.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab/33:21)

Akhlak beliau dilukiskan oleh Ummul Mu’minin ’Aisyah binti Abu Bakar ra, ketika seorang shahabat bertanya kepadanya, sebagai berikut :
كَانَ خُلُقُهُ القُرآن (مسلم)
“Adalah akhlaq Rasulullah itu Al Qur’an (Muslim)

Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Al Qur’anul Karim itu diterapkan secara nyata dalam kehidupan Rasulullah saw. Hidup beliau adalah cermin nyata bagi pelaksanaan ajaran Al-Qur’an. Rasulullah saw adalah The Living Qur’an, Al Qur’an yang hidup, yang berjalan. Karenanya Allah swt. Memuji Rasulullah saw dengan firmanNya :
dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.(QS. Al Qalam/68:4)

Ada beberapa alasan kenapa al uswah al hasanah atau al qudwah al hasanah itu menjadi sangat penting dalam dunia da’wah, yaitu :

1. Perilaku Islami yang nyata memberikan citra positif terhadap ajaran Islam, menumbuhkan rasa simpati, respek dan kecintaan kepada ajaran Islam itu sendiri.
2. Contoh yang konkrit dari kehidupan yang Islami bisa meyakinkan orang bahwa ajaran Al Islam itu layak diterapkan, bukan sekedar norma-norma khayali (verbalistik)
3. Kemampuan orang perorang dalam memahami da’wah bi lisan al maqal (bahasa ucapan) amat beragam, tetapi dalam memahami da’wah bilisan al hal (bahasa perbuatan) relatif sama.
4. Pengamatan yang jeli dari jama’ah (al mad’u, obyek da’wah) terhadap da’i, yang diikuti dengan penilaian kritis. Karena seorang da’i adalah publik figur, yang segala gerak-geriknya mendapat perhatian yang seksama dari orang lain.

Urgensi al qudwah al hasanah sebagaimana disebutkan di atas semakin bisa dirasakan kalau dilihat bahwa sasaran risalah nabi Muhammad saw itu adalah untuk mencapai ”makarim al akhlak”, akhlak yang mulia. Sabda Rasulullah saw dalam hal ini :

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ - وفي رواية : صَالِحَ الْأَخْلَاقِ- ( رواه أحمد والبيهقي)
“Sesungguhnya aku ini diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi)

Sasaran risalah Nabi Muhammad saw ini dicapai melalui kewajiban-kewajiban dalam al Islam. Artinya, setiap pelaksanaan kewajiban al Islam memiliki kolerasi positif dengan proses pencapaian al akhlaq al karimah, baik shalat, shaum, zakat, haji maupun kewajiban-kewajiban yang lainnya.

Karenanya, seseorang yang memiliki al-akhlaq al-karimah akan mendapatkan peluang kebahagiaan duduk bersama Rasulullah saw di hari qiyamah. Sabda Nabi saw:

إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ عَلِمْنَا الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ فَمَا الْمُتَفَيْهِقُونَ قَالَ الْمُتَكَبِّرُونَ. (روه الترمذي)
“Sesungguhnya termasuk orang yang amat aku cintai dan orang yang amat dekat duduknya denganku di hari qiyamat nanti adalah orang yang paling bak akhlaknya di antara kamu sekalian. Dan orang yang amat aku benci dan amat jauh duduknya dariku nanti di hari qiyamat adalah at-tsartsarun (orang yang terlalu banyak bicara tapi hampir tak pernah berbuat, al-mutasyaddiqun (Orang yang amat egoistis) dan al-mutafaihiqun, bertanya para sahabat, wahai Rasulullah kami telah mengetahui at-tsartsarun dan al-mutasyaddiqun, lalu apa yang dimaksud dengan al-mutafaihiqun? Beliau bersabda : orang yang amat sombong.” (HR. Tirmidzi)





KHATIMAH

Menyadari betapa pentingnya al-akhlaq al-karimah dan secara lebih khusus al-qudwah al-hasanah bagi kehidupan seorang da’i dalam mencapai sasaran-sasaran da’wahnya, marilah kita perhatikan dialog imaginer dalam kehidupan neraka ,tetapi pasti terjadinya! Karena ini adalah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhary dari Usamah bin Zaid. Dan hendaknya ini menjadi peringatan dini bagi kita semua, terutama bagi para da’i dan calon-calon da’i – sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw sebagai berikut :

يُؤْتَى بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُ بَطْنِهِ فَيَدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِالرَّحَى فَيَجْتَمِعُ إِلَيْهِ أَهْلُ النَّارِ فَيَقُولُونَ يَا فُلَانُ مَا لَكَ أَلَمْ تَكُنْ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَى عَنْ الْمُنْكَرِ فَيَقُولُ بَلَى قَدْ كُنْتُ آمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ وَأَنْهَى عَنْ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ . (رواه البخاري)
“Pada hari kiamat, seseorang dibawa lantas dihempaskan ke dalam neraka, maka keluarlah isi perutnya. Ia berkeliling di neraka seperti keledai mengitari poros mesin (mesin giling) maka berkumpullah padanya penghuni neraka yang lain, lantas bertanya : wahai fulan apa yang terjadi pada diri anda ? bukankah tadinya andalah yang mengajak kami kepada yang ma’ruf dan mencegah kami dari yang mungkar ? orang itu menjawab pasrah : Ia, memang semula aku mengajak kalian kepada yang ma’ruf tetapi terus terang aku tidak pernah mengerjakannya. Dan aku mencegah kalian dari perbuatan mungkar, tetapi terus terang aku sendiri melakukannya. (HR. Bukhari)


Lebih dari itu, Allah Swt berfirman :
2. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (QS. Ash-Shaff/61:2-3)


Akan tetapi kalau seorang da’i ikhlas, shiddiq, istiqamah, tafaul, sabar dan iltizam dengan nilai-nilai yang diajarkannya, dan orang mendapatkan hidayah Allah karena da’wahnya itu, sungguh amat besar yang dijanjikan oleh Rasulullah saw.

فَوَاللَّهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ (رواه البخاري)
Demi Allah, seseorang mendapat hidayah Allah disebabkan da’wah yang kamu sampaikan itu, bagi kamu lebih baik dari anda memiliki onta merah atau kendaraan pilihan.
(HR. Al Bukhary)

Wallahu a’lam bi al-shawab




Disampaikan Pada Pelatihan Da’wah Untuk Orang Sakit, 10-11 Mei 2008
di Gedung Menara Da’wah Dewan Da’wah

Disampaikan pada Daurah Al-Aimmah Wal Khuthaba’, 18 Mei 2008 di Masjid Al-Bahr Pusdiklat Dewan Da’wah

Selasa, 25 Mei 2010

SYETAN ADALAH MUSUH YANG NYATA
Oleh : Adhy Margono

بسم الله الرحمن الرحيم
عن جابر بن عبد الله رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إذا كان جنح الليل او امسيتم فكفوا صبيانكم فإن الشيطان تنتشر حينئذ فإذا ذهب ساعة من الليل فخلوهم واغلقوا الأبواب واذكروا اسم الله فإن الشيطان لايفتح بابا مغلقا وأوكو قربكم واذكروا اسم الله وخمروا آنيتكم واذكروا اسم الله ولو ان تعرضوا عليها شيئا واطفئوا مصابيحكم . (رواه البخارى ومسلم)

“Dari Jabir RA, dari Rosulullah saw, beliau bersabda : “Apabila malam telah menjelang – atau menjelang malam – maka tahanlah anak-anak kalian karena sesungguhnya pada saat itu syetan-syetan berkeliaran. Apabila telah berlalu waktu isya` maka lepaskanlah mereka. Tutuplah pintu-pintu kalian dan sebutlah nama Allah. Karena syaitan tidak akan membuka pintu yang tertutup. Ikatlah mulut wadah tempat air kalian dan sebutlah nama Allah. Tutuplah bejana kalian dan sebutlah nama Allah, meskipun engkau hanya meletakkan sesuatu padanya. Padamkanlah lampu kalian dan sebutlah nama Allah.”

TAKHRIJ HADITS

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih Muslim, Kitab Al- Asyribah (36) Bab Istihbabu Takhmiril Ina’ wa Taghthiyatuhu wa Ikaaus Saqa’i wa Ighlaaqul Abwaabi wa Dzikru Ismillahi Ta’ala ‘Alaihi wa Ithfaaus Siroj wan Naari ‘Inda an –Naumi wa Kuffusy Shibyaani wal mawaasyi Ba’dal maghribi, No. 5250.
Diriwayatkan juga oleh Imam Bukhori dalam kitab Shohih Bukhori, Kitab Al- Asyribah, Bab Taghthiyatul Ina’, No. 5623, juga dalam Kitab Bad’il Kholqi, Bab Shifatu Iblis wa Junudihi, No. 3280.

MAKNA HADITS SECARA UMUM

Secara global hadits ini menerangkan kepada kita bahwasannya ketika telah datang waktu malam, maka syetan-syetan itu berkeliaran atau menyebar. Dan dengan demikian, kita diperintahkan untuk menahan anak kita keluar rumah, dikhawtirkan atas anak-anak didatangi syetan pada saat itu, karena najis yang menjadi perlindungan syetan umumnya ada pada mereka, dan dzikir yang dapat membentengi diri dari syetan umumnya tidak diamalkan oleh anak-anak. Syetan ketika menyebar niscaya akan menempelkan atau menggantungkan dirinya pada apa saja yang dapat ia lakukan. Maka sebab itu dikhawatirkan atas anak-anak pada saat itu.
Kebiasaan syetan berpencar pada malam hari itu adalah karena gerakan mereka diwaktu malam hari lebih leluasa dibanding di siang harinya. Sebab gelapnya malam lebih mendukung kekuatan syetan daripada waktu-waktu lain. Demikian pula halnya semua warna hitam yang lebih ia sukai daripada warna lainnya. Oleh sebab itu disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Dzar;
فما يقطع الصلاة ؟ قال : الكلب الأسود شيطان
“Mengapa ia dapat memutuskan sholat? Beliau SAW menjawab, ‘anjing hitam adalah syetan’. (HR. Muslim)

Rasulullah SAW juga menyuruh kita mematikan lampu, menutup pintu, jendela, tempat- tempat penyimpanan air dan makanan dengan rapat sebelum tidur. Jika manusia tidur dan membaca do’a sebelumnya,setan menjauhinya. Allah menjaga orang yang sebelum tidur membaca do’a. Jika menusia tidur tanpa membaca do’a, setan mengikat kepalanya dengan tiga ikatan. Jika ia bangun dan mengingat Allah, terlepaslah satu ikatan, jika ia berwudhu terlepas lagi satu ikatan lainnya dan jika ia sholat terlepaslah ikatan yang terakhir.
Kemudian Imam Bukhori menyebutkan beberapa hadits lain tentang sifat-sifat Iblis dan bala tentaranya, diantaranya adalah : 1) Hadits Abu Hurairah RA tentang ikatan syetan di atas kepala orang tidur. 2) hadits Ibnu Mas’ud tentang syetan yang mengencingi telinga orang yang hanya tidur dan tidak melaksanakan sholat. 3) Hadits Abu Hurairah RA tentang syetan yang dapat membisikkan sesuatu kepada manusia. 4) hadits Abu Hurairah RA, “Apabila seruan untuk sholat dikumandangkan, setan pergi menjauh”. 5) Hadits Abu Hurairah RA, “setiap anak keturunan Adam ditusuk oleh setan di sisi badannya dengan jarinya”. 6) Hadits Abu Qotadah, “Mimpi yang baik adalah dari Allah dan mimpi yang buruk adalah dari setan”.

ESENSI HADITS DITINJAU DARI SUDUT PANDANG DA'WAH

• Tipu Daya Syetan Dan Bala Tentaranya

Syetan La’natullah ‘Alaihi menggoda dan bekerja untuk menghalangi manusia dari jalan Allah dengan menggunakan berbagai cara. Jika dengan cara pertama gagal, maka dia akan menggunakan cara lainnya sehingga manusia sesat dari jalan tuhannya, supaya kelak menemaninya di neraka. Skenario pertama adalah kekafiran dan kemusyrikan. Yang kedua adalah bid’ah. Yang ketiga adalah kabaair (dosa0dosa besar). Keempat Shaghaair (dosa-dosa kecil). Kelima menyibukkan dengan perkara-perkara mubah. Keenam menyibukan manusia dengan mengedepankan amalan-amalan yang mafdhul (kurang utama) dan meninggalkan amalan-amalan Fadhiil (yang utama).
Jika berhasil dengan skenario yang pertama, maka dia dan bala tentaranya dapat beristirahat dari kesibukan menggoda dan menyesatkan sasarannya. Kesibukannya tinggak Ribath (menjaga pos-pos pertahanan) yang memungkinkan manusia tersebut lepas dari belenggunya. Dijaganya agar telinga tawanannya tidak mendengar informasi yang akan memeberinya jalan atau mendekatkannya kepada hidayah Allah, diawasi matanya agar tidak melihat dan membaca apa-apa yang memberi masukan pikirannya untuk berpikir, tentang tuhan yang mencipatakannya dan tentang agamanya serta seluruh amal baik yang diperintahkan Allah.
Kalau skenario pertama gagal, maka setan menggunakan cara kedua. Artinya, ketika itu seseorang tidak lagi dapat dihalangi dari jalan Allah, maka mereka akan berusaha keras untuk mengeluarkannya dari jalan tersebut dan berusaha menjadikan jalan Allah itu menjadi bengkok. Allah SWT berfirman :
“menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan itu menjadi bengkok, dan mereka kafir kepada kehidupan akhirat." (Al-A’raf : 45)

Jika cara kedua gagal juga, maka setan dan tentaranya menggunakan cara ketiga, yaitu Al-Kabaair (dosa-dosa besar) seperti zina, korupsi atau mencuri, menyuap atau menyogok dan dosa-dosa besar yang lainnya. Yang menjadi sasaran untuk berbuat tersebut terutama orang-orang besar yang memiliki pengaruh di tengah umat, apakah itu ulama atau tokoh pemerintahan, atau para aktivis muslim yang komitmen pada islam. Hal ini dimaksudkan setan untuk merusak reputasi tokoh tersebut, sehingga hilang simpati kepadanya.
Kalau skenario Kabaair pun tidak mempan, itu indikasi bala tentara iblis dihadapkan pada pekerjaan yang berat dan melelahkan, menguras tenaga. Dosa besar tidak mau mengerjakan, maka setan berkonsentrasi untuk menjebaknya dengan dosa-dosa kecil (Shaghaair) yang pada umumnya manusia mengabaikan dan menganggapnya spele, padahal dosa-dosa kecil yang terus dilakukan dan tidak bertaubat, akan menghanguskan sedikit demi sedikit amal baik yang pernah dilakukan.
Pada tingkatan ini, setan sudah berada pada ambang kegagalan untuk menjerumuskan manusia dari jalan Allah, tetapi dia belum sama sekali putus asa, masih ada celah untuk sekurang kurangnya menghambat manusia dari mengumpulkan kebaikan sebanyak-banyaknya. Yaitu menyibukan mereka dengan perkara-perkara yang mubah. Setan masih punya harapan boleh jadi dari mubah ini bisa ditarik secara perlahan dan tidak disadari kepada yang makruh dan pada akhirnya kepada yang haram. Sekalipun tidak bisa, dia tetap akan menyibukannya dengan yang mubah sehingga waktunya menjadi kurang atau bahkan habis untuk sesuatu yang tidak membawa pahala dan kebaikan.
Jika gagal pula, maka tinggal satu cara, yaitu disibukkan dengan yang Mafdhul menomorduakan yang Fadhiil, mendahulukan perkara yang maslahatnya kurang utama, sehingga perkara yang maslahatnya utama terlepas dan terabaikan. Misalnya seorang dikaruniai harta banyak, tetapi harta yang banyak tersebut digunakan untuk berulang kali mengerjakan haji dan umroh. Dan setan menghiasi dengan kerinduan untuk selalu berkunjung ke baitullah. Harta yang sekiranya digunakan untuk memperhatikan anak-anak yatim, miskin, membiayai pendidikan anak-anak muslim yang tak mampu, membantu muslim yang berjuang di jalan Allah, membiayai kehidupan para Du’aat yang waktunya banyak tersita untuk menyeru manusia kembali ka jalan Allah, tentu maslahat yang ditimbulakannya lebih lus dan pahalanya lebih besar di sisi Allah.
Oleh karena itu, para du’aat dan para aktivis da’wah berkewajiban untuk selalu membentengi diri dan ummat dari gencarnya serangan dan tipu daya setan untuk menyesatkan dan menjerumuskan umat dengan berbagai skenarionya. Juga sudah merupakan ketetapan Allah, bahwa Allah menjadikan pada setiap pengikut jejak da’wah para nabi itu musuh-musuh dari golongan jin dan manusia yang selalu membisikan perkataan yang indah untuk menipu. sebagaimana Firman-Nya :
“Dan Demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (Al- An’am : 112)

• Syetan adalah musuh yang nyata

Orang yang merenungkan Al Qur’an dan As –Sunnah tentu akan mendapatkan bahwa penyebutan keduanya terhadap masalah syetan, tipu daya dan untuk memeranginya lebih banyak daripada penyebutannya kepada masalah nafsu Madzmumah (nafsu yang buruk dan jahat).
Ibnu Qoyyim Al –Jauziyyah menjelaskan bahwa masalah syetan, ia disebutkan dalam banyak tempat di dalam Al- Qur’an dan Sunnah. Peringatan tuhan kepada hamba-Nya dari godaan dan tipu daya setan lebih banyak dari pada peringatan-Nya dari nafsu, dan itulah kelaziman yang sebenarnya. Sebab kejahatan dan rusaknya nafsu adalah karena godaannya. Maka godaan syetan itulah yang menjadi poros dan sumber kejahatan atau ketaatannya.
Tiap- tiap Nabi juga para da’i akan menghadapi permusuhan dari syetan. Ada dua jenis syetan yang berkoalisi memusuhi para nabi dan para da’i, sebagaimana firman Allah SWT :

“Dan Demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (Al- An’am : 112)

Jenis syetan yang pertama adalah musuh yang Hissy (dapat diindera). Sebagaimana firman Allah :
“Dan seperti itulah, Telah kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.” (Al- Furqon : 31)

Berperang menghadapi mereka perlu bekal kesemaptaan jasmani, ketrampilan tempur, kegesitan, daya tahan dan keberanian. Bekal-bekal yang disebut awal tadi menjadi persyaratan untuk masuk ke medan tempur. Adapun keberanian menjadi syarat mutlak agar bekal fisik yang sudah disiapkan sebelumnya ada artinya. Sebab jika sudah tidak ada keberanian, kejangkitan mental pecundang, maka kesempatan jasmani dan ketrampilan tempur tak dapat digunakan sama sekali, hilang begitu saja.
Adapun jenis syetan yang kedua adalah musuh yang Ghoir Hissy (tidak dapat diindera). Sebagaimana firman Allah :
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia Telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami Telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Al –A’raf : 27)

Menghadapi musuh jenis ini, hanya dengan perlindungan Allah saja kita dapat selamat dari tipu dayanya. Mereka dapat mengintai, mengawasi gerak gerik kita. Kita hanya tahu dari rambu-rambu yang diberikan Allah dan rasul-Nya tentang keadaan mereka, apa yang menguatkan mereka dan melemahkannya, dari pintu mana mereka dapat menerobos dan menerabas pertahanan kita. Kalau bukan dengan pertolongan Allah mustahil kita dapat menghadapi tipu dayanya, apalagi mengalahkannya.
Abdullah Hazim berkata : “Bertempur menghadapi mereka, kuncinya adalah menelikungnya dengan mendekatkan dan mencari pertolongan kepada yang menguasai segala hal dari musuh yang tidak nampak tadi, yakni Allah, rabb yang mencipta, memiliki dan menguasai kita dan mereka. Hanya ini jaminan untuk mengalahkannya, tidak ada jalan lain.”
Adapun bentuknya berbagai macam, intinya adalah mengikhlaskan penghambaan hanya kepada Allah dan hanya mencari ridho-Nya. Bentuk yang terbesar adalah melazimi tauhid dengan meyakini dan mengikrarkannya. Juga beribadah kepada Allah dengan menempuh jalan ibadah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan meninggalkan cara yang lain yang tidak dituntunkannya. Hatinya selalu ingat kepada Allah, diisi dengan perasaan Muroqobatullah baik dalam keadaan sendirian maupun berada di tengah manusia. Lisannya selalu basah menyebut-Nya dengan berbagai nama-Nya Al- Husna dan sifat-Nya Al-‘Ulya.
Ibnu Qoyyim berkata : “Al- Qur’an telah memberikan petunjuk untuk menolak kedua musuh ini (syetan golongan manusia dan jin) dengan cara yang paling mudah, yaitu dengan memohon perlindungan kepada Allah (isti’adzah) dan dengan berpaling dari orang- orang yang bodoh, serta dengan menolak kejahatan mereka dengan kebaikan.”
Jika hal itu dikerjakan terus menerus dengan mengharap ridho-Nya, memeinta pertolongan-Nya, mengikuti jejak nabi-Nya dalam setiap ayun langkah, insya Allah benteng pertahanaannya merupakan benteng yang kuat, tidak tertembus oleh musuh. Jika suatu ketika musuh dapat mendekat, dia mampu mengusirnya, sehingga terhindar dari kekalahan dan ketertawaan.

• Keluarga Sebagai Basis Da’wah (Tarbiyatul Usroh)

Rumah tempat tinggal adalah tempat penularan segala sifat yang datang dari luar. Sifat baik ataupun sifat buruk. Bila keluarga tersebut tidak bisa menyaring sifat jelek atau segera menetralisirnya kembali, maka sifat itu bisa menjadi sifat keluarga tersebut unutk selanjutnya. Di situlah perlu adanya aturan-aturan dan prinsip yang baik yang harus diterapkan dalam keluarga, sehingga dengan aturan dan prinsip tersebut, sifat –sifat yang merusak itu tak akan pernah lama bercokol dalam keluarga.
Dari sanalah perlunya tipe keluarga sakinah, keluarga yang akan melahirkan generasi yang baik dan akhirnya akan menciptakan masyarakat yang tenang dan damai. Karena kebahagiaan, ketenangan, kesengsaraan dan penderitaan dan masa depan anak-anak, banyak tergantung pada keadaan dan suasana keluarga.
Mohammad Natsir menyebutkan dalam Fiqhud Da’wahnya bahwa dalam rumah tangga yang diliputi oleh kasih sayang (sakinah, mawaddah dan rahmah) itulah tempat lahir dan berkembangnya anak –anak keturunan, pemuda dan pemudi, serta generasi yang sehat lahir batin yang akan menjadi ramuan bagi perubahan masyarakat dan ummat di masa mendatang.
Keluarga yang demikianlah yang dapat menjadi basis kekuatan da’wah bagi seorang da’i. Keluarga sakinah seorang da’i akan menjadi Lisanil hal atau contoh bagi ummatnya. Kekuatan kat-kata yang disampaikan dengan penuh semangat yang berapi-api, akan menjadi lebih kuat apabila di dalam keluarga da’i sendiri ditemukan apa yang disampaikan dan dianjurkannya kepada orang lain. Akan tetapi alangkah ironisnya apabila yang terjadi malah sebaliknya.
Dengan demikian, menurut Syaikh Musthafa Masyhur, hendaklah rumah tangga islami yang telah terbentuk menjadi teladan yang baik bagi masyarakatnya dalam seluruh aspek kehidupan, dari model pakaian yang islami, makan minum yang halal, akhlak yang mulia, sampai sikap yang islami dalam adat dan tradisi ketika senang dan susah. Mereka selalu menjauhi segala macam usur jahiliyah dan adat serta tradisi import yang jahili.
Maka mulailah pembinaan itu dari diri sendiri dan kemudian keluarga serta orang-orang terdekat, karena itu adalah satu bentuk peneladanan yang sangat efektif dalam pola da`wah. Curahkanlah perhatian untuk untuk membina keluarga, uruslah dan didiklah mereka itu dengan sebaik-baiknya. Allah SWT menjelaskan urutan prioritas tersebut dengan memulainya dengan diri da`i terlebih dahulu dan kemudian keluarga serta orang-orang terdekat. Allah SWT berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...” (At-Tahrim : 6)
Ayat ini melukiskan bahwa diri dan keluarga adalah tanggung jawab utama bagi seorang dai dalam pembinaan ilmu pengetahuan dan akhlaknya sehingga menjadi dasar berpijak dan melangkah yang kuat dalam berda`wah.
Oleh karena itu, menurut Prof. Dr. Hafidhuddin, yang perlu disadari bersama terutama oleh seorang da’i adalah Rijalud Da`wah (generasi penerus da’wah) adalah merupakan anugrah dari Allah SWT kepada setiap keluarga yang selalu berusaha dan ikhtiar dengan penuh kesungguhan untuk meraihnya. Perhatian, bimbingan, dan pendidikan yang diberikan kedua orang tua sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kualitas Rijalud Da`wah tersebut.
Para juru da’wah selalu saja hanya memikirkan makanan, pakaian dan tempat tinggal untuk anak dan istri serta keluarga, tetapi juga hendaknya memikirkan bagaimana menyelamatkan mereka dari api neraka. Kerahkanlah tenaga semaksimal mungkin untuk membimbing mereka ke jalan kebenaran dan surga. Tetapi jika telah ditunaikan tugas tadi, namun mereka tetap membandel, maka dosanya bukan menjadi tanggunggjawab kita dan tidak lagi bertanggungjawab pada hari kiamat nanti.
Demikianlah kewajiban seluruh penyeru da’wah dalam bidang pembinaan keluarga, hendaknya setiap da’i selalu mendidik dan merawat rohani anak-anaknya, keluarganya dan memberikan ilmu pengetahuan. Walaupun kita melihat bahwa mereka tidak mau menerima nasihat, semua itu jangan mempengaruhi kita, mungkin saja mereka akan menerima nasihat dari orang selain kita.

DAFTAR PUSTAKA

o Muslim. Imam, Shohih Muslim, Riyadh : Darussalam,1419/1998, Cet. I
o Bukhori. Imam, Shohih Bukhori, Riyadh : Darussalam, 1418/1997, Cet. I
o Al-‘Asyqalani. Ibnu Hajar, Fathul Baari, Jakarta : Pustaka Azzam, 2006, Cet. I
o Syaikh Mushthafa Masyhur, Fiqhud Da’wah, Jakarta : Al- I`tishom, 2000, Jil. I
o Al- jauziyyah. Ibnu, Qayyim, Manajemen Qalbu; Melumpuhkan Senjata Syetan, Jakarta : Darul Falah, 2007, Cet. VII
o Al-Maududi. Abul A’la, Tadzkiroh Du’aat Al- Islam; Petunjuk Untuk Juru Da’wah, Bandung : Pustaka Al-Ma’arif, tth, Cet. I
o Hazim. Abdullah, Para Penggenggam Bara, Jakarta : Pustaka Ats- Tsabat, 1425/2005, Cet. I
o Syafri. Ulil Amri Dkk, Da`wah Mencermati Peluang Dan Problematikanya, Jakarta : STID Mohammad Natsir Press, 2007, Cet. I
o Natsir. Mohammad, Fiqhud Da’wah, Jakarta : Media Da’wah, 1408/1988, Cet. V
o Didin Hafidhuddin, Agar Layar Tetap Berkembang, Jakarta : Gema Insani Press, 2006, Cet. I
NASEHAT YANG BAIK
Oleh: Adhy Margono
وعن ابي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إستوصوا بالنساء خيرا , فإن المراة خلقت من ضلع , وإن اعوج ما في الضلع اعلاه , فان ذهبت تقيمه كسرته , وإن تركته , لم يزل اعوج , فاستوصوا باالنساء ) (متفق عليه)
Artinya: "dari Abu Hurairoh R.a. Rosulullah saw bersabda: sampaikanlah kebaikan kepada kaum wanita, karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Oleh karena itu, jika kalian ingi meluruskan, maka berarti kalian mematahkannya, dan jika kalian biarkan saja, niscaya dia akan tetap bengko. Oleh karena itu, sasmpaikanlah pesan kepada kaum wanita". (Muttafaq `Alaihi)
PEMBAHASAN
A. Makna Hadits Secara Global
Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhori dan muslim. hadits ini menunjukkan perintah untuk para suami, saudara laki-laki untuk menasehati kaum wanita dengan baik dan tidak mendzolimi dan senantiasa memberikan hak-haknya kepada mereka serta mengarahkan mereka kepada kebaikan.
Karena didalam riwayat yang lain disebutkan bahwasannya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang mudah bengkok yaitu yang paling atas yakni setelah pangkal rusuk. dan jika kamu meluruskannya maka kamu akan mematahkannya, dan jika kamu ingin bersenang-senang dengannya maka kamu akan merasa puas dan dia akan tetap bengkok. Maksud dari kata-kata bengkok disini adalah karena wanita itu mempunyai kelemahan yaitu kurangnya akal. Dalam sabda Nabi saw, beliau menjelaskan bahwasannya yang dimamksud kurang akal disini adalah persaksian dua wanita itu sebanding dengan persaksian seorang laki-laki, maka kekeurangan ini karena sudah ditetapkan oleh Allah Swt.
B. Makna Hadits Ditinjau Dari Sudut Pandang Da`wah
a) Metode Penyampaian Da`wah Terhadap Mad`u
Metode penyampaian da`wah bagi seorang da`I agar pesan atau nasehat itu bisa sampai kepada mad`u yaitu dengan beberapa cara, diantaranya adalah:
 Menggunakan Cara Hikmah
Maksud pengertian hikamah disini adalah mengajak berbicara kepada akal manusia dengan dalil-dalil ilmiah yang memuaskan, dan dengan bukti-bukti logika yang cemerlang. Semuanya itu dilakukan guna mengikis keragu-raguan dengan argumentasi dan penjelasan-penjelasan, menolak hal-hal yang syubhat dan mengalihkan kepada hal-hal yang jelas dan mudah dipahami. Serta menghindari hal-hal yang bersifat dzanni menuju permasalah yang qath`I, dari permasalahan yang furu` kepada permasalahan yang pokok (ushul).
 Menggunakan Metode Mau`idzoh Hasanah
Jika cara hikmah mengajak berbicara kepada akal agar memaklumi pesan-pesan, maka da`wah dengan cara mau`idzah hasanah (pelajaran yang baik) adalah mengajak berbicara kepada hati dan perasaan agar menyadari dan tergerak untuk bertindak. Karena manusia memiliki instrument vital yang harus kita perhatikan yaitu akal dan hati. Dan fungsi akal adalah untuk memahami dan mendalami, sehingga mencapai pengetahuan. Adapun fungsi hati adalah untuk merasakan dan menghayati, sehingga timbul kemauan dan emosional rasa suka atau rasa benci.
Semua manusia membutuhkan dua metode untuk berda`wah yaitu metode hikmah dan metode mau`idzoh hasanah. Dimana suatu saat metode hikmah itu lebih tepat dan cara mau`idzoh hasanah itu lebih efektif. Meskipun orang awam itu membutuhkan mau`idzah hasanah yang menggerakkan perasaan dan menggugah emosionalnya untuk melakukan kebaikan, sedangkan kaum intelektual itu membutuhkan cara-cara yang hikmah, agar akal mereka itu mau menerima kebenaran dan pada gilirannya mereka tergerak untuk melakukan kebaikan dan kebenaran itu.
Bagi seorang da`I, dalam menyampaikan mau`idzah hasanah itu tidak sembarangan, akan tetapi cara menyampaikan mauidzah hasanah itu dengan cara yang baik dan indah. Dan kebaikan itu bisa didapatkan didalam menyeleksi obyek yang tepat, metode yang menarik, waktu dan tempat yang sesuai, atau nasehat yang menyentuh perasaan terdalam pada sanubari seseorang, sehingga terbangkitkan emosionalnya. Terkadang kebaikan juga terdapat pada penyikapan da`I terhadap kelemahan seseorang, ia tidak mencela kesalahan atau menyakiti hatinya tatkala sedang bersalah. Akan tetapi memaklumi karena setiap manusia berbuat salah kemudian mengarahkannya agar tidak melakukan kedua kalinya dimasa yang akan datang. Suatu contoh misalnya, Rosulullah Saw pernah menegur seseorang karena mencela sahabat lain yang kecanduan khomer. Ketika sahabat itu datang kehadapan Nabi saw dalam keadaan mabuk, seseorang mengatakan: " Allah Swt melaknatnya betapa banyak khomer yang diminumnya. Maka Rosulullah saw menegurnya dengan cara yang halus yaitu dengan mengatakan " janganlah kamu menjadi penolong setan atas saudaramu".
Terkadang kebaikan itu terletak pada cara yang luwes antara pemberian nasehat dan ancaman, dan kita tidak boleh menakut-nakuti sampai-sampai si mad`u tersebut putus harapan dari kenikmatan Allah swt. Allah swtb berfirman: (Q.s. Yusuf: 87)
"jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
 Dengan Menggunakan Bahasanya
Dalam berda`wah tentunya kondisi mad`u itu berbeda-beda. Dari sisi bahasanyapun berbeda pula. Dalam hal ini seorang da`I dituntut harus bisa menjelaskan terhadap mad`u. apakah seorang da`I itu harus mempelajari berbagai bahasa yang ada dimasyarakat itu sendiri atau tidak? Tentunya kalau kita kembalikan kepada al-Qur`an surat Ibrahim ayat: 4, Allah Swt berfirman.
" kami tidak mengutus seorang Rosul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya mereka dapat memberikan penjelasan dengan terang kepada mereka"

Maksud ayat ini adalah, ketika kita berda`wah kepada mad`u yaitu kalangan orang-orang yang berilmu, tentunya kita juga harus menggunakan bahasanya mereka. Kalau kita berda`wah terhadap orang-orang desa, tentunya kita juga harus menggunakan bahasa orang0orang desa tersebut bukan bahasa modern.
 Dengan Bersikap Ramah
Seorang da`i tentunya harus bersikap ramah dan lemah lembut dalam menyampaikan perintah dan larangan terhadap mad`u. menyiapkan diri terhadap orang-orang yang dida`wahi sebelum menyampaikan risalah kepada mereka, serta berpegang teguh kepada metode Nabi saw dalam da`wah dan pengajarannya, sebagai mana perintah beliau "permudahlah dan janganlah mempersulit, berilah berita gembira dan janganlah menyusahkan”
Oleh sebab itu, kita tidak boleh membebani seseorang dengan sesuatu urusan yang tidak kuat dipikulnya. akan tetapi kita berda`wah harus bisa melihat kadar kemampuan mad`u itu sendiri.
b) Manfaat Nasehat Bagi Da`i Dan Mad`u
 Manfaat nasihat bagi da`i :
 Menjadikan da`I itu lebih berhati hati dalam berbicara. (setiap ucapannya mengandung hal-hal yang bermanfaat)
 Selain ia memberi nasahat bagi mad`u, ia juga harus konsisten dengan ucapannya dan ucapannya itu bisa di pertanggung jawabkan.
 Meninggalkan hal-hal yang janggal dalam pembicaraan.
 Tidak mudah putus asa.
 Manfaat nasehat bagi mad`u:
 Membuat orang insaf dan kembali kejalan yang benar,
 Dapat mengembalikan manusia kepada tuhan mereka.
c) Sikap Mad`u Terhadap Da`wah
Menurut Dr. Ali Aziz didalam bukunya Ilmu Da`wah, beliau mengatakan: Diantara sikap mad`u terhadap da`wah itu dibagi menjadi tiga golongan, diantaranya adalah;
a. Golongan simpati aktif, maksudnya adalah mad`u yang menaruh simpati dan secara aktif memberi dukungan moril dan materiil terhadap kesuksesan da`wah. Dan mereka juga berusaha mengatasi hal-hal yang dianggapnya merintangi jalannya da`wah dan bahkan mereka berani berkorban segalanya untuk kepentingan da`wah.
b. Golongan pasif, maksudnya adalah mad`u yang masa bodoh terhadap da`wah tidak merintangi da`wah.
c. Golongan antipati, maksudnya adalah mad`u yang tidak rela atau tidak suka akan terlaksananya da`wah. Dan mereka berusaha untuk merintangi da`wah.
d) Nasihat untuk kaum wanita
1. Kewajiban bagi kaum wanita ialah hendaknya mengarahkan upaya yang semaksimal mungkin dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh akan ajran agama.
2. Hendaknya selalu memperhatikan, membina kehidupan pribadi keluarga dan masyarakat sehingga orang lain dapat mencontohnya dari apa yang telah diketahui mereka tentang ajaran agama, dengan mempelajari al-qur`an dan hadits.
3. Hendaknya kaum wanita harus memperhatikan dalam membina keluarganya.





DAFTAR PUSTAKA
 Abdullah bin Baz, Abdul Aziz Bin. Fatwa-Fatwa Terkini, Jakarta: Darul Haq, 2003, Vol. I
 .Ied Al-hilali, Salim. Bahjatu an-Nadzirin, Syarah Riyadus Shaalihin , Maktabah Syamila, Vol. I
 Mmaktabah Syamila, Hadits Bukhori No. 3084
 Al-Qardhawi, Yusuf, Dr. Retorika Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007, Cet. II
 Al-Qarni, `Aidh Abdullah, Dr. Demi Masa, Jakarta: Cakrawala Publishing, 2005, cet. I
 Ali Aziz, Moh. Dr. M. Ag. lmu Da`wah, Jakarta: Kencana, 2004, Cet. I
 Al-maududi, Abul a`la, Petunjuk Untuk Juru Da`Wah, Bandung: Pustaka al-ma`arif, 1982
URGENSI DZIKIR KEPADA ALLAH SWT
Oleh: Adhy Margono
عن جابررضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: إذا استجنح الليل – او قال جنح لليل – فكفوا صبيانكم فإن اللشياطين تنتشر حينئذ, فإذا ذهب ساعة من العشاء فخلواهم, وأغلق بابك واذر اسم الله, وأطفئ مصباحك وذر اسم الله, وأوك سقاءك وذكر اسم الله, وخمر إناءك واذكر اسم الله ولو تعرض عليه شيئا.
Artinya:
“Dari Jabir RA, dari Rosulullah saw, beliau bersabda “ apabila malam telah menjelang – atau menjelang malam – maka tahanlah anak-anak kalian karena sesungguhnya pada saat itu syetan-syetan berkeliaran. Apabila telah berlalu waktu isya` maka lepaskanlah mereka. Tutuplah pintu-pintu kalian dan sebutlah nama Allah. Padamkanlah lampu kalian dan sebutlah nama Allah. Ikatlah mulut wadah tempat air kalian dan sebutlah nama Allah. Tutuplah bejana kalian dan sebutlah nama Allah, meskipun engkau hanya meletakkan sesuatu padanya.” ( Bukhori Muslim)
PEMBAHASAN
A. Makna Hadits Secara Global
Hadits ini menjelaskan bahwasannya ketika telah datang malam, maka syetan itu berkeliaran atau menyebar. Dan dengan demikian dikhawtirkan atas anak-anak pada saat itu karena najis yang menjadi perlindungan syetan umumnya ada pada mereka, dan dzikir yang dapat membentengi diri dari syetan umumnya tidak diamalkan oleh anak-anak. Syetan ketika menyebar niscaya akan menempelkan atau menggantungkan dirinya pada apa saja yang dapat ia lakukan. Maka sebab itu dikhawatirkan atas anak-anak pada saat itu.
Kebiasaan syetan berpencar pada malam hari itu adalah karena gerakan mereka diwaktu malam hari lebih leluasa dibanding di siang harinya. Sebab gelapnya malam lebih mendukung kekuatan syetan daripada waktu-waktu lain. Demikian pula halnya semua warna hitam yang lebih ia sukai daripada warna lainnya. Oleh sebab itu disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Dzar;
فما يقطع الصلاة ؟ قال : الكلب الأسود شيطان
“Mengapa ia dapat memutuskan sholat? Beliau SAW menjawab, ‘anjing hitam adalah syetan’. (HR. Muslim)

Rasulullah SAW juga menyuruh kita mematikan lampu, menutup pintu, jendela, tempat- tempat penyimpanan air dan makanan dengan rapat sebelum tidur. Jika manusia tidur dan membaca do’a sebelumnya,setan menjauhinya. Allah menjaga orang yang sebelum tidur membaca do’a. Jika menusia tidur tanpa membaca do’a, setan mengikat kepalanya dengan tiga ikatan. Jika ia bangun dan mengingat Allah, terlepaslah satu ikatan, jika ia berwudhu terlepas lagi satu ikatan lainnya dan jika ia sholat terlepaslah ikatan yang terakhir.
B. HADITS DI TINJAU DARI SUDUT PANDANG DA`WAH
a. Urgensi dzikir kepada Allah Swt
Sesungguhnya hati ibarat badan yang juga memiliki kebutuhan serta membutuhkan perawatan yang baik agar ia dapat bertahan hidup serta senantiasa sehat. Demikian pula hati, hati juga memerlukan makanan. Agar dapat bertahan hidup serta senantiasa sehat. Hati memerlukan makanan yang bernutrisi sebagaimana tubuh. Serta hati apa bila sakit juga memerlukan obat sebagaimana tubuh yang sakit. Diantara makanan bagi hati yang memiliki nutrisi yang cukup baik serta memiliki manfaat yang tidak hanya sebagai nutrisi tetapi juga merupakan penangkal sekaligus obat bagi hati adalah zikir kepada Allah.
Dalam hal ini Sayikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Zikir bagi hati ibarat air bagi ikan. Apa jadinya apabila ikan dikeluarkan dari air?”
Dalam hal ini Ibnu Qayyim dalam kitabnya “al-Wabilus- Shayyib”., menyatakan, “zikir merupakan makanan pokok bagi hati dan Ruh. Apabila seorang hamba kehilangannya, ia seperti tubuh yang tidak mendapatkan makanan pokok.”
Dari Muadz bin Jabal Radhiyallahu ‘Anhu., “aku mendengar Rasulullah Saw., bersabda:
احب الاعمال الي الله ان تموت ولسا نك رطب من ذكر الله
Artinya: “amal yang paling dicintai Allah swt adalah, engkau mati dalam keadaan lidahmu basah dengan Zikrulllah.” (HR. Ibnu Hibban, dan Ibnu sunni).
Zikrulllah menghidupkan hati, cahaya mata, dan keberuntungan di akhirat. Zikrulllah menghilangkan kepusingan dan kegalisaahan jiwa, dan bersihnya hati. Maka apa bila manusia senantiasa berzikir, maka tubuhnya akan senantiasa tentram, jiwanya akan tenang, dan hatinya akan sejuk.
Maka dari itu seorang hamba yang mengaku beriman dan cinta kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sudah sepantasnya ia banyak berzikir, mengingat serta menyebut nama Allah.
Ibnu Qayyim berkata: “Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berzikir menyebut-Nya., dalam semua keadaan dam juga memerintahkan kepada mereka untuk tetap menyebut-Nya meskipun dalam keadaan yang sangat menakutkan.” Sebagaimana firman Allah:
يا ايها الذين ءامنوا اذا لقيتم فئة فاثبتوا واذكروا الله كثيرا لعلكم تفلحون
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi (pasukan) musuh, maka teguhkanlah hati kalian dan sebutlah nama Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.”
b. Manfaat dzikir bagi da`i dan mad`u
Zikir merupakan suatu perbuata yang amat mulia karena di dalamnya terkandung banyak manfaat atau faedah-faedah. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh syaikh ‘Aidh al-Qarni. diantara manfaat zikir kepada Allah yaitu:
1. Dengan zikir kepada Allah, seorang akan memperoleh ridha dari Allah yang maha pengasih dan Pemurah dan syaitan akan terusir., dari Ibnu Abbas Ra. Mengatakan bahwa syaitan itu seperti ular yang bersarang di qalbu. Jika seseorang hamba berzikir mengingat tuhannya, syaitan akan bersembunyi dan diam. Sementara jika hamba tersebut lalai dari mengingat Allah, maka syaitan akan melancarkan godaannya.
2. Dengan zikir kepada Allah, dapat mengembangkan kebaikan dan meningikan derajat, Abu Darda telah mengatakan bahwa barang siapa yang melestarikan Zikrulllah, niscaya ia akan masuk syurga dalam keadaan tertawa.
3. Zikrulllah dapat memelihara waktu dan menghimpunkan yang tercerai-berai.
4. Zikrulllah dapat mendatangkan faidah yang paling besar dan membantu pelakunya untuk menghadapi berbagi kesulitan.
5. Zikir kepada Allah adalah amal yang paling mudah dan pekerti yang paling mulia.
6. Zikir kepada allah dapat membentengi diri dari berbagai godaan dan gangguan.
7. Banyak zikir kepada Allah akan menghiasi wajah pelakunya dengan keagungan, kewibawaan, dan kemanisan.
8. Zikir merupakan tanda-tanda syukur kepada Allah yang telah memberikan berbagi nikmat kepada manusia. Syaikh ‘Aidh Al-Qarni barkata tatkala menanggapi ayat yang berbunyi :
واما بنعميه ربك فحدث (الدو حي :11)
Artinya : “Dan kepada nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya.”
“Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bersyukur kepada-Nya, memuji-Nya, dan mengakui kebaikan-kebaikan-Nya. Karena Allah mencintai pujian. Dia lah yang berhak memiliki pujian itu. Allah menginginkan pujian karena Dialah yang berhak akan hal itu.”
9. Orang-orang yang banyak berzikir kepada Allah Subhanahu wata’ala, pada hari kiamat nanti wajah mereka akan terlihat putih bersih sebagaimana dalam firman Allah :
يوم تبيض وجوه وتسود وجوه
Artinya: “pada hari itu ada muka yang putih berseri dan ada pula muka yang hitam muram”
10. Sungguhnya dengan berzikir hati akan menjadi tenang, dan tentram. sementara melupakan zikir akan membawa pelakunya kepada kegelisahan jiwa dan kekeringan petunjuk. Syaikh ‘Aidh al-Qarni barkata :
“tidak ada obat yang paling mujarab untuk hati kecuali zikir kepada Allah. Hati yang berhasil mendapatkan keinginannya tanpa disertai zikir kepada Allah, pada akhirnya akan gelisah, gundah gulana, dan kacau balau. Sesungguhnya Allah tidak akan menentramkan hati orang yang bermaksiat, menyalahi aturan-Nya, dan mengikuti hawa nafsunya. Bagaimana bisa tentram hati yang bermusuhan dengan Allah, memutuskan hubungannya dengan Allah? Dan bagaimana bisa tentram hati yang melupakan Allah?”
c. Macam-Macam Dzikir Kepada Allah
Zikir kepada Allah ada empat macam diantaranya : “zikir zhahir, zikir tsanna,zikir do’a dan zikir ri’ayah.”
1. Zikir zhahir adalah zikir yang dilakukan oleh lisan, yang sesuai dengan apa yang ada di dalam hati. Tidak hanya terbatas apa yang di ucapkan oleh lisan.
2. Zikir tsanna adalah zikir yang bentuknya menyebutkan pujian. Seperti menyebutkan : “Subhanallah, Al-Hamdulillah, Lailaha Illallah, Allahu Akbar. Dan sebagainya.
3. Zikir do’a. yakni zikir yang dilakukan dalam keadaan berdo’a atau pujian-pujian yang dilakukan seseorang ketika berdo’a. seperti dalam firman Allah surah al-A’raf ayat 23 yang berbunyi:
         •  
Artinya: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.”
4. Zikir ri’ayah yakni seperti mengucapkan kalimat-kalimat : Allah selalu bersamaku, Allah selalu melihatku, Allah selalu menjadi saksiku, dan sebagainya.

d. Faktor Penyebab Kelemahan Dan Memudarnya Seorang Da`i Dan Nilai Ketaatan Kepada Allah Swt Adalah:
• Godaan-godaan Setan Terhadap Umat
Bagi seorang da`i hendaknya menyadari bahwa ia senantiasa berada dalam kancah peperangan melawan syetan. Setiap jalan-jalan kebaikan yang ditempuhnya, ia pasti berhadapan dengan setan yang siap menghadang atau menggagalkan da`wah ila allah. Rosulullah saw bersabda:
"Sesungguhnya setan senantiasa siap menghadang bani Adam dalam setiap langkah yang ditempuh-nya. Bila ia menempuh jalan Islam, maka setan akan menggoda seraya berkata: 'Apakah engkau sudi meninggalkan ajaran nenek moyangmu dengan menempuh jalan Islam?' Namun seorang hamba Allah sejati tidak akan menghiraukan godaan itu dan tetap menempuh jalan Islam. Bila ia menempuh jalan hijrah, maka setan akan datang menggoda
seraya berkata: 'Apakah engkau sudi meninggalkan kampung halaman tercinta Panah-Panah Setandengan nekad berhijrah?' Namun ia pun tidak menghiraukan godaan itu dan tetap berhijrah. Bila ia menempuh jalur jihad, maka setan akan datang menggoda seraya berkata: 'Jika engkau masih membandel tetap ikut berjihad, niscaya engkau akan terbunuh, istrimu akan dinikahi orang dan hartamu akan dibagi-bagikan! Namun ia menepis godaan itu dan tetap pergi berjihad." (HR. An-Nasaai dan Ahmad dalam musnadnya dari Sabrah bin Abi Fakih radhiyallahu 'anhu secara marfu').
Ketahuilah bahwa kancah peperangan ini sangat berat dan melelahkan, ditebarkan oleh setan dan bala tentaranya di mana-mana. Maka dari itu bagi seorang da`i harus siap menghadapinya. Setan, hawa nafsu, angkara murka dan godaan dunia siap menjerat setiap saat. Seorang penyair menuturkan:
Sungguh, diriku dihujam dengan empat anak panah, yang tiada henti-henti melesat dari busurnya meng-hujam diriku. Panah-Panah Setan yaitu iblis, dunia, ambisi diri dan hawa nafsu. Wahai Rabbku, hanya Engkau jualah yang kuasa menyelamatkan diriku. Oleh karena itu, sudah seyogyanya kita selalu waspada terhadap segala tipu daya setan. Bukankah Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman: "Dan jika syaitan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah." (Fushshilat: 36)
Sadarilah bahwa pada detik ini kita tengah berperang melawan setan, janganlah sampai kita dipecundanginya. Hati-hatilah terhadap tipu daya setan, janganlah sampai mengicuh dirimu. Sesungguhnya tipu daya setan itu sangat lemah wahai saudaraku! Dengarlah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Oleh sebab itu, perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah." (An-Nisa': 76)
Syetan menggoda manusia dengan banyak cara. Diantara cara-cara syetan menggoda manusia agar jauh dari jalan Allah yaitu dengan menggunakan tahapan-tahapan. Diantaranya adalaha. Pertama adalah kekafiran dan kemusyrikan. Yang Kedua adalah bid’ah. Yang Ketiga adalah kabaair (dosa-dosa besar). Keempat Shaghaair (dosa-dosa kecil). Kelima menyibukkan dengan perkara-perkara mubah dan yang terakhir Keenam adalah menyibukan manusia dengan mengedepankan amalan-amalan yang mafdhul (kurang utama) dan meninggalkan amalan-amalan Fadhiil (yang utama).



DAFTAR PUSTAKA
 Al-Asqolani, Ibnu Hajar. Fathul Bari, Jakarta: Pustaka Azzam,2006, Cet. I
 Al-Hambaly. Ibnu Rajjab. “Jami’ul ‘Ulum Wal Hikam”. Beirut: Jami’ul Huquq Al-Mahfudzah
 Al-Qarni, ‘Aidh. Dr “Hidupkan Hatimu”.Terj.Bandung: Irsyat Baitus Salam., (2005).Cet. I
 Al-Qarni, ‘Aidh. DR “Cahaya Pencerahan”. Terj. Jakarta: Qisthi Press., (2006).Cet. II
 al-Wunaiyyan, Shâlih, panah-panah syetan, Maktabah Abu Salma al-Atsari, http://dear.to/abusalma
 Hazim, Abdullah. Para Penggenggam Bara, Jakarta : Pustaka Ats- Tsabat, 2005, Cet. I
MANGKUK, MADU, DAN SEHELAI RAMBUT

Rasulullah SAW dengan sahabat-sahabatnya Abubakar r.a., Umar r.a., Utsman r.a., dan Ali r.a., bertamu ke rumah Ali r.a. Di rumah Ali r.a. istrinya sayidatina Fatimah r.ha. puteri Rasulullah SAW mennghidangkan untuk mereka madu yang diletakkan di dalam sebuah mangkuk yang cantik, dan ketika semangkuk madu itu dihidangkan sehelai rambut terikut di dalam mangkuk itu. Baginda Rasulullah kemudian meminta kesemua sahabatnya untuk membuat suatu perbandingan terhadap ketiga benda tersebut (mangkuk yang cantik, madu, dan sehelai rambut).

Abubakar r.a. berkata, “Iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik, orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut”.

Umar r.a. berkata, “Kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik, seorang raja itu lebih manis dari madu, dan memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.

Utsman r.a. berkata, “Ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik, orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan beramal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.

Ali r.a. berkata, “Tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik, menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumahnya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.

Fatimah r.ha. berkata, “Seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, wanita yang ber-purdah itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yang tak pernah dilihat orang kecuali muhrimnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.

Rasulullah SAW berkata, “Seorang yang mendapat taufiq untuk beramal adalah lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, beramal dengan amal yang baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat amal dengan ikhlas adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.

Malaikat Jibril AS berkata, “Menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, menyerahkan diri; harta; dan waktu untuk usaha agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan usaha agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.

Allah SWT berfirman, “Surga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu, nikmat surga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju surga-Ku adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.
PILAR - PILAR KEBANGKITAN DAN KEJAYAAN UMAT DALAM PROSPEKTIF
AL-QUR’AN

Realita umat
Sesungguhnya ketertinggalan dan kemerosotan umat islam tidak lepas dari faktor internal umat islam sendiri, di samping tidak dapat di pungkiri bahwa konspirasi eksternal telah banyak menenggelmkan umat dalam ketrpurukannya. Realita yang ada sekarang ini adalah bahwa umat betul-betul jauh dari Al-Quran dan Sunnah, bahkan islam betul-betul asing dalam diri umat.
Semua kekuatan dunia ingin menghancurkan umat, umat tidak ada harganya, harga darah seorang muslim tidak beda dengan seekor anjing. Mereka sepakat mengatakan “hancurkan islam dan biarkan hidup umatnya” . Setiap hari kita dengar berita baru tentang pembantaian, penghinaan dan pemojokan terjhadap islam dan simbul-simbul islam. Bahkan dengan isu globalitas, mereka ingin menjajah kembali umat islam dengan produk-produk budayanya dan pemikiran mereka.
Dalam surat al-Bqorah ayat ke-120 Allah menyatakan bahwa “orang-orang yahudi dan nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka”. Berita ini adalah sebuah keniscayaan , bahwa mereka tidak akan mau mengakui atau menerima eksistensi umat islam. Sejaran telah membuktikan bahwa makar-makar yang terjadi di dunia ini tidak lepas dari sekenario dan konspirasi yang mereka lakukan. Mulai dari makar ang dilakukan Abdullah bin saba’ yang berhasil menghancurkan persatuan umat, perang salib penyerahan kota terosalem., sampai pembakaran kamp-kamp kaum muslimin di belahan dunia. Semua kejadian tersebut tidak luput dari makar-makar yang di lakukan oleh musuh-musuh ialam. Berbagai cara dilakukan untuk menjauhkan umat ialam dari ajaranya, mulai dari cara yang paling halus sampai intimidasi dan teror, tujuanya agar mereka tidak tau bahkan mereka merasa asing dengan nilai-nilai agamanya sendiri. Dan ironisnya , tidak sedikit dari kalangan umat islam yang mau bahkan bangga menjadi tangan panjang mereka dangan mengembangkan pemikiran sekuler, yang jelas-jelas bertentangan dengan islam.
Lalu bagaimana caranya agar umat islam mampu kembali memimpin peradaban dunia, sebagaimana tercatat dalam sejarah?

Baeck to Al-Qur’an

Tidak ada jawaban lain bagi kita umat islam, kecuali kembali kepada Al-Qur’an . Al-Quran yang merupakan satu-satunya kitab suci di muka bumi ini yang mendapatkan perhatian dari semua lapisan masyarakat. Sejak diturunkannya al-qura’an kealam semesta ini, ia selalu memberikan cahaya kebenaran bagi yang mencarinya, meredamkan kegelisahan dan memberikan ketenangan bagi pemegangnya.
Al-Qur’an yang kita baca, kita yakini sebagai firman-firman Allah, merupakan petumjuk dan lentera mengenai apa yang di kehendakiNya. Dialah yang menciptakan kita dan dia pula yang menurunkan Al-Qur’an. Maka apabila kita ingin perbuatan dan tingkah laku kita sesuai dengan kehendakNya, maka kita seharusnya memahami apa yang telah difirmankan dalam al-Qur’an.
Menurut imam saayyid Qutb, Al-Qur’an tidak akan mampu bisa memberikan haknya dalam kehidupan, sehingga kita mampu menjadikan al-Qur’an, sumber semua inspirasi kehidupan kita. Dan ini tidak mungkin terjadi kalau hanya al-Qur’an dijadikan sekedar bacaan, sementara hati-hati kita masih tertutup rapat, sehingga al-Qur’an jauh dari realita kehidupan. Watak karakter al-Qur’an adalah selalu dinamis, selalu bertendensi pada realita kehidupan, oleh karena itu seorang tidak akan merasakan karakter ini kecuali orang yang selalu aktif bergerak dalam kehidupan realita. Al-Qur’an tidak hanya sekedar bacaan untuk suatu keberkahan, melainkan harus mengalir hidup dalam derap kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara, tanpa begitu alQur’an tidak akan memberikan buahnya, tidak akn memancarkan cahayanya.
Oleh karena itu kita berkeyakinan, bahwa alQur’an berkarakter realistis dan dinamis, karena kita berpandangan hal tersebut merupakan kunci berinteraksi, memahami, dan cara untuk menentukan petunjuk-petunjuk al-Qur’an.

Unsur-Unsur Kebangkitan Umat Dalam Al-Qur’an

Rasulullah bersabda:” sesungguhnya Allah dengan kitab ini (al-Qur’an) mengangkat dan menghinakan sebuah kaum “(HR. Muslim).
Hadits ini memberikan secara gamblang bagaimana suatu umat akn maju atau hancur dengan hubungan mereka kepada al-Qur’an.
Di bawah ini beberapa unsur-unsur utama bagi kebangkitan umat islam dalam presepsi al-qur’an:

1. Insan Mu’min (SDM)

Yamg kita maksut disini bukan saja sekelompok atau jama’ah mu’minah saja, melainkan juga individu-individu yang mu’min. unsur ini sangat penting sekali dan menentukan dalam mencapai kebangkitan umat. Karena mereka dalam penggerak, pelaku dan penentu dalam suatu kebijakan.
Keimanan yang kita maksut tidaklah cukup dengan simbol-simbol yang sifatnya dhohir saja. Melainkan iman yang melahirkan energi yang mampu untuk bangkit serta mampu memberikan kontribusi yang nyata dalam kehidupan. Oleh karena itu pengertian iman adlah keyakinan yang tertancap didalam hati, dandibuktikan dengan realita pengamalan terhadap kepercayaan tersebut. Tanpa keimanan yang besar, tentu akan menghilangkan unsur kemanusiaan manusia.
Inilah sebabnya kenapa kata iman dalam al-Qur’an selalu di ikuti sebuah amal. Karena yang di inginkan adalah iman yang produktif sebagaimana imannya para sahabat dan shalafus Sholeh. Janj Allah swt ketika seseorang mau beriman dan berkarya adalah sebagaimana trdapat dalam surat an-Nahl-97:
“ Barang siapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
Dan dalam surat al-A’raaf-96:
“ Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami melimpahkan kepada mereka dari langit dan bumi.
Dari sini perlunya pembentuk individu-individu yang baik secara kepribadian, kebangsaan dan ilmu pengetahuan betul-betul cermin dari ketangguhan keimanan.


2. Hijrah

Yang dimaksutkan dengan hijrahdisini adalah hijrah baik secara hissi secara ma’nawi atau hijrah secara material maupun moral, walaupun pada masa da’wah pertama hijrah baik secara hissi menjadi priritas utama dan penopang hijrah ma’nawi, dalam masa sekarang ini hijrah secara ma’nawi sangatlah dibutuhkan untuk membangun kembali kebangkitan dan kejayaan umat.
Karena kenyataanya banyak diantara umat islam yang masih terjerumus atau jauh dari islam. Mereka inilah harus segera bertaubat dan hijrah kepada ajaran islam secara sempurna. Sebagaimana dalm surah alBaqarah-208:
“ Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagumu”.
Hijrah sangat penting bagi umat islam karena nilai yang sangat setrategis. Diantaranya adalah:
-Pembebasan umat dari sebuah tekanan dari sebuah ketidaknyamanan, yang mana mempunyai pengaruh negatif bagi keberlangsungan umat baik secara keagamaan maupun kemasyarakatan.
-Memberi keberlangsungan hidup bagi umat untuk selalu bergerak dan berkembang dalam mengemban risalah islam.


3. Jihad dan risalah

Jihad dengan segala arti dan pemahaman yang terkandung didalamnya, merupakan unsur yang sangat menentukan atas keberlangsungan keberadaan umat. Oleh karena itu tidak mungkin di pisahkan antara jihad risalah yang harus di perjuangkan dan dipertahankan.
Dengan pemahaman jihad yang benar para sahabat dan shalafus Sholeh mampu membawa islam kepada kejayaan dan puncak peradaban yang oleh barat tidak mampu memungkitinya.
Jihad yang kita maksudkan adalah jihad dengan penertian yang sangat luas, menyangkut semua sendi kehidupan umat Oleh karena itu jihad merupakan teknologi islam yang akan memberikan hasil produksi dalam kondisi perang. Tetapi jihad ini bukan untuk sekedar mencapai kesejahteraan ekonomi atau kesetabilitasanpolitik sebagaimana di barat melainkan jihad yang mampu mengantarkan risalah islam keseluruh jagat alam.

4. Medan Perjuangan

Untuk mencapai kebangkitan dan kejayaan umat, kita harus mempunyai medan temat untuk berjuang, temat perlindungan, tempat pentarbiyahan. Termasuk di dalamnya adalah kemampuan kita untuk mengelola sumber alam secara benar dan baik. Pengelolaan terhadap sumber alam yang baik ini harus berlandaskan kepada kemaslahatan, keadilan dan arah syareat, serta menjauhi dari praktek-praktek yang merugikan.
5. Nashrah

Salah satu terpenting kebangkitan umat adalah nashrah atau pertolongan dari Allah.Dan pertolongan dari Allah ini tidak mungkin di dapatkan kecualikita telah menolong Allah (QSMuhammad:7) Kata “Nashrah” dalam al-Qur’an maupun haditsmempunyai pengertian yang banyak, di antaranya adalah menjalaankan agama Allah, bantuan atau pertolongan, penjagaan.
Diantarabentuk nashrah yang harus di lakukan seorang mu’min adalah:
- Nashrah terhadap pemikiran dan risalah islam.
- Nashrah terhadap keadilan dalam melawan kedholiman.
- Nashrah terhadap kebebasan dan kemerdekaan.
- Nashrah terhadap keberadaan umat isalmiyah.
- Nashrah terhadap aset dan simbul-simbul islam.

6. Kekuasaan dan royalitas

Yang terakhir ini merupakan hasil otomstis dari unsur-unsur yang terdahulu. Keberadaan kekuasaan bagi umat menjadi barometer yang menunjukkan keberadaan umat dalam keberadaan hidup atau mati. Dan ketika telah terwujud kekuasaan islam, maka di butuhkannya sebuah royalitas dari setiap individu muslim untuk menegakkan dan membela kekuasaan ini, yang royalitas (kecintaan) ini melebihi terhadap dirinya sendiri.
Kekuasaan ini lebih cenderung kepada perasaan tanggung jawab untuk menegakkan keadilan, menjaga norma dan etika masyarakat dan mengatur semua interaksi antara masyarakat dan instansi dalam segala bidang baik dalam maupun luar negeri. Dengan menejemen yang baik serta bertanggung jawab akan menghasilkan sebuah kesejahteraan dan keadilan yang merata.

Saran Kebangkitan Umat

Ada beberapa hal yang disampekan al-Qur’an sebagai sarana menuju kebangkitan umat, diantaranya adalah;
- Ilmu pengetahuan. (QS: alAlaq 1-5)
- Da’wah di jalan Allah. (QS: Fusilat 23)
- Mengakomidirhukum-hukum alam. (QS: Fusilat 53)
- Mengoptimalkan potensi dan kemampuan. (QS:Fusilat 50)
- Pendidikan yang bermutu. (QS:al-Fath 29)
- Berusaha keras dan mematuhi hukum-hukum Allah swt.
(QS:al- Ankabut 29)
- Merenungkan dan mengamalkan kandungan al-Qur’an.
(QS: al-isra’ 9)
- Kemampuan ekonomi.(QS:ASY-Syu’ara” 27)
- Bersyukur. (QS: Ibrahim 7)

Sebab Keterlambatan Pertolongan Allah

1. Kekuatan tanpa landasan pertolongan Allah.
2. Jauhnya interasi dengan Allah
3. Tujuan yang salah.
4. Bercapurnya kebaikan dan kejahatan.
5. Pendukung yang tidak loyal.
6. Tempat kondisi yang kurang pendukung.

Wallahu ‘alam bishowab

ADAKAH BERHALA PADA DIRI KITA?

ADAKAH BERHALA PADA DIRI KITA?
Oleh: Adhy Margono

Tada seorang pun yang tidak memerlukan Allah.Allah-lahyang telah menciptakan kita dari tiada. Dan kita sebelum keberadaan diri kita dalam rahim ibu kita. Bukanlah apa-apa, kita berada di tanah . Dan ketika Allah berkehendak
untuk menciptakan kita, maka terbentuklah alaqoh (darah), kemudian mudhah
(daging) setelah itu janin dan berikutnya bayi yang keluar ke dunia. Allah SWT
berfirman:
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun. Dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur.”( An-nahl:78).

Tidak ada tuhan selain Allah. Maka marilah kita pikirkan diri kita,langit dan bumi yang diciptakan oleh Allah, untuk kemudian kita masing-masing bertanya kepada dirinya. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ
“Adakah penciptaan selain Allah yang dapat memberikan Rizki kepada kamu dari langit dan bumi?” (Fathir:3)

Siapa selain Allah yang mendatangkan air bagi kita? Allah SWT berfirman:
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَصْبَحَ مَاؤُكُمْ غَوْرًا فَمَنْ يَأْتِيكُمْ بِمَاءٍ مَعِينٍ
“ Katakanlah, Terangkanlah kepada-Ku jika sumber air kamu menjadi kering, maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?”(Al-Mulk:30).

A. SYIRIK
Syirik adalah menyakini bahwa ada sesuatu selain Allah yang dapat memberikan manfaat atau mudharat maka jika keadaannya seperti itu, alangkah zalimnya seorag hamba ketika ia meminta kepada selain Allah dan meminta bantuan kepada selain-Nya. Dan jika seorang hamba meyakini bahwa selain Allah dapat mendatangkan manfaat atau menjauhkan bahaya, maka itu ada dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah SWT. Syirik ada 2 macam: Yaitu :
-Syirik Jali adalah meyakini adanya pihak selain Allah yang memberikan
manfaat dan mudharat. Seperti meyakini kekuatan seperti itu pada orang-orang yang mereka namakan sebagai wali, baik yang hidup utau yang mati.
-Syirik Khafi adalah kemusyrikan yang keberadaannya tersembunyi dari manusia, ditinjau dari segi bentuknya. Seperti ketika seorang melihat dirinya dangan pandanga yang mengagumkan dan menyakini bahwa yang Allah anugerahkan kepadanya sebagai milik pribadi.

B. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MERASA BESARNYA
DIRI DAN ADANYA BERHALA DALAM DIRI

1. Kejahilan terhadap Allah
Kejahilan kepada Allah merupakan salah satu faktor terpenting yang mengantarkan seorang untuk ujub kepada dirinya sendiri.kita semua mendapatkan kekuatan dari Allah, dari detik ke detik. benar, Allah SWT telah memberikan kita berbagai sebab, potensi, dan kemampuan seperti kecerdasan, keluwesan, atau kepandaian bicara. Namun, semua kemampuan itu tidak mempunyai nilai apa-apa tanpa kekuatan yang aktif dari Allah SWT. Selain itu kita juga harus menjauhkan diri dari kejahilan terhadap tabiat jiwa. Seperti orang jahiliah tidak melihat konsekuensi dari pekerjaan yang ia lakukan, seperti bayi yang tidak pernah bosan meminta kepada kedua orang tuanya untuk mendapatkan sesuatu yang barang kali di dalamnya ada sesuatu bahaya baginya. Itulah nafsu yang buruk untuk mengerjakan apa yang menghasilkan kemaslahatn nya
.
2. Mempunyai kekuasan dan jabatan yang tinggi

Semua orang yang mempunyai jabatan, meskipun kecil, niscaya ia akan mendapati ruang untuk bergerak dengan tanpa mendapatkan halangan dari se-orang pun, juga ia akan mendapati orang yang memujinya. Namrud misalnya, tentu tidak akan mengklaim sebagai tuhan jika ia seorang yang fakir dan terkenal di tengah manusia. Allah berfirman:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آَتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“ Apakah kamu tidak memerhatikan orang yang mendebat ibrahim tentang tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu Pemerintahan (kekuasaan)?”(Al-Baqoroh:258).Kekuasaan itu, seperti dijelaskan Al-qur`an, menjadi faktor penyebab kesombongannya, pelanggarannya dan keberaniannya untukmengaku sebagai tuhan
3. Jarang Bergaul dengan Orang-orang yang Setara dan Tidak Ada yang Memberinya Nasehat.
Ketika seseorang yang memiliki kelebihan dan keberhasilan mendapati bahwaorang-orang di sekelilingnya lebih rendah tingkatannya dari dirinya, maka hal ini tentu akan menyiapkan dirinya sedikit demi sedikit untuk menerima penyakitujub itu dan membuat penyakit itu bersarang dalamnya. Salah satu penyebab yang termasuk dalam fktor ini adalah tidak adanya orang yangmenasehati orang tersebut, karena nasehat dan komentar oragng lain atas perilakunya akan berperan besar dalam membuat manusia menyadari kediriannya. Dan menghalanginya untuk tidak menganggap besar dirinya. Maka jika nasehat itu tidak ada, niscaya rasa ujub itu akan menemukan jalan yang luas untuk memasuki dirinya. Oleh karena itu, U mar Ibnu Khathab berkata, “ SemogaAllah merahmati orang yang menunjukkan aib saya.”
4. Banyak Berbicara tentang Diri Sendiri
Anda akan mendapati bahwa salah seorang dari kita banyak berbicara tentang dirinya dan memuji dirisendiri, terutama jika ia merasa sebagai dalam suatu sisi. Seorang pelajar misalnya, berbicara tentang kehebatannya dalam belajar, serta kemampuannya dalam memahami dan memecahkan masalah- masalah yang sulit. Seorang ibu rumah tangga membaggakan rumahnya dan kebersihan rumahnya, untuk itu dia menisbahkan hal itu kepada dirinya, dan tidak mengambilkannya kepada anugrah Rabbnya. Diantara bentuk pengaruh melihat diri sebagai sosokyang hebat, dan melupakan bahwa Allah lah yang memiliki semuaanugrah dan pemberian itu adalah orang yang setiap memberikan sesuatu kepada orang lain atau memberikan jasa kepadanya, niscaya ia akan mengungkit-ngungkitnya dan menggunakan kesempatan yang tepat untukmengingatkannya tentang jasa-jasa dan pemberiannya itu.
5. Menganggap Kecil Orang Lain
Diantara bentuk pemujaan terhadap diri adalah mencari orang lain, dan memandang diri sendiri selalu lebih tinggi dan lebih utama dari mereka, terutama dalam sisi yang ia aggap besar dalam dirinya, baik dalam masalah status sosial, keturunan, harta, kecerdasan, atau gelar. Maka anda akan lihat dia segan berinteraksi atau bergaul dengan orang yang lebih rendah tingkatannya dari dirinya. Para sahabat Nabi saw. Merasa takut terhadap penyakit ini. Seperti Umar ibnul Khatab yang takut jika dalam dirinya masih ada sisa kesombongan dan merasa diri besar karena di orang arab. Maka ia ingin menghauskan perasaan itu dan menegaskan bersihnya dirinya dari perasaan seperti itu dengan meminta kepada Salman untuk menikahi putrinya.

C. Cara Menghilangkan Berhala dari Diri Kita
1. Memohon Kesembuhan Kepada Allah SWT.
Hal pertama yang harus di maklumi adalah penyakit mengagumi diri sendiri dan merasa diri besar adalah penyakit yang sukar disembuhkan Ibnu Aqil Mengatakan : “ Ketika seorang manusia memakai egonya sebagai pakaian (yakni bersikap ujub), maka jarang sekali ia dapat mengeluarkan kealanya dari leher pakaian itu.” Walaupun demikian, tidak ada sesuatu pun yang berat atau sukar bagi Allah swt.. Dan tidak ada suatu penyakit pun yang di turunkan oleh Allah tanpa ia menurunkan obat penawarnya. Allah Berfirman :
وَالَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَمَنْ يَكُنِ الشَّيْطَانُ لَهُ قَرِينًا فَسَاءَ قَرِينًا
“…jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami istri itu…” (An-Nisaa`:35).

Dan juga dapat dipahami dari hadits Qudsi:

“Wahai hamba-hamba-Ku, kamu semua adalah sesat kecuali orang-orang yang kuberi petunjuk.Karena itu, mintalah petunjuk kepada-Ku,niscaya Aku akan menunjukimu.” (HR. MUSLIM)
Hendaknya kita mengetahui bahwa bantuan Allah akan datang sesuai dengan persiapan kita, seukuran mana besar bejana yang kita persiapkan,seukuran itu pula pertolonga dan karunia yang akan Allah berikan. Allah Maha Pemurah tidak akan menolak sitiap peminta yang datang mengetuk pintu-Nya. Tetapi kitalah sebenarnya yang banyak menganiaya diri kita dan bersikap kikir untuk diri sendiri dan enggan meminta kepada Allah SWT. Salah satu bentuk terapi Rabbani yang paling penting untuk membebaskan seorang hamba dari penyakit mengagumi diri sendiri dan memandang diri dengan membiarkan si hamba melakukan dosa. Dan ketika itulah ia baru menyadari hakikat dirinya.

2. Mengenal Allah Yang Maha Pemberi Nikmat
Mengenal Allah memiliki arti besar dalam menundukkan hati kepada-Nya
seperti: rendah diri, luluh,takut dan butuh kepada-Nya. Untuk mengenal Allah dan Sifat
Allah, Ada dua sarana yang paling pokok yang telah Allah sediakan kepada kita yakni: Pertama, Kitabullah yang di baca (Al-Qur`an), Kedua, Kitabullah yang diamati (Alam Raya). Diantara ciri-ciri yang paling menonjol dari Kitabullah yang dibaca adalah ia merupakan Kitab yang memperkenalkan Allah dengan menyebutkan Nama-nama dan Sifat-sifat-Nya. Dengan Pertolongan Allah dan Karunia-Nya, yang dapat membantu kita dalam menghancurkan keberhalaan diri kita ada Tiga, yaitu:
1. Mengenal Allah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
2. Mengenal Allah Al-Qayyuum (yang Maha berdiri sendiri lagi senantiasa mengurus makhluk-Nya)

D. MENGENAL HAKEKAT MANUSIA DAN WATAK DIRINYA

Target dari mengenal hakekat manusia adalah keyakinan terhadap kelemahan, ketidak berdayaan, kebodohan, dan kebutuhannya kepada segala apa yang dapat meluruskan dan memperbaiki dirinya. Apabila manusia telah meyakini hal ini, maka akan nyatalah sejauh mana ia membutuhkan Rabb-nya, dan sadarlah ia bahwa seandainya Rab-nya membiarkannya, walaupun sekedip mata , sungguh ia akan binasa dalam waktu itu juga. asal manusia adalah tanah yang di injak-injaknya, tanah yang dalam pandangannya tidak punya nilai apa-apa. Sementara awal penciptaanya adalah dari mani yang menjijikkan
قُتِلَ الْإِنْسَانُ مَا أَكْفَرَهُ (17) مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ (18) مِنْ نُطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ (19) ثُمَّ السَّبِيلَ يَسَّرَهُ (20)
“Binasalah manusia, alangkah sangat kekafirannya! Dari apakah Allah menciptakannya? Allah menciptakan dari setetes mani, lalu menentukannya.Kemudian Dia memudahkan jalannya.” (`Abasa: 17-20).

Jadi asal kita adalah sesuatu yang hina. Tubuh kita ternyata tidak terbentuk dari bahan tambang gerharga. Malah unsur –unsurnya sama sekali tidak berbeda dengan unsur-unsur tanah. Allah SWT menciptakan manusia dalam ukuran yang sangat kecil jika dibandingkan dengan alam raya yang mengelilinginya dari berbagai arah. Langit yang bertingkat-tingkat dan gunung-gunung yang menjulang tinggi, punya peran besar dalam menyadarkan manusia akan kekerdilannya, sehingga hal itu dapat menghaus kebohongan dari diri manusia. Allah telah menciptakan manusia dalam keadaan lemah dalam segala hal, sehingga ia tidak pernah mampu melawan godaan-godaan setan. di antara surah surah yang membeberkan kepada manusia akan kelemahan dirinya ialah pada saat seekor serangga seperti nyamuk, misalnya hinggap di tubuhnya tanpa ia mampu mengusir atau menepis sengatanya.seorang pria ingin istrinya melahirkan bayi laki-laki tapi yang lahir justru bayi perempuan. Seorang ibu mendambakan seorang anak yang mirip dengan dia ternyata yang lahir lebih mirp suaminya. Berbagai kejadian yang di alami oleh seorang hamba adalah surat yang seolah-olah menyampekan kepadanya, “Seandainya kamu mengetahui hal yang gaib, sungguh kamu tidak akan melakukan apa yang telah kamu lakukan !” Hendaknya kita tidak me,percayai dan berbaik sangka kepada diri kita sendiri. Sebab ia tidak akan pernah menyuruh kepada kebaikan. sebagaimana diri {jiwa}manusia berpotensi untuk melakukan kefasikan dan ksewenang-wenangan (kesesatan), ia juga berpotensi untuk bersikap tenang dan awas. Hal ini seperti di terangkan dalam Al-Qur’an,
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (8) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا
“Dan jiwa serta penyempurnaanya (ciptaanya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwa-anya.” (asy-syams: 7-8)

Diri perlu diinstropeksidalam bamyak aspek yang mencakup segala perintah dan larangan Allah. Nanun, yang menjadi fokus kita berkaitan dengan masalah penyembuhan penyakit ujub adalah menginstropeks idiri dalamaspek dalam penunaian hak Allah.dari ketrerangan tersebut, jelaslah bagi kita bahwa cara yang paling penting untuk meremehkan diri dan memandang kurang amal yang telah di kerjakan adalah dengan mengenal watak diri kita. apabila kesombongan adalah pandangan seorang yang melihat dirinya besar, yang kemudian tercermin pada tindak-tanduk dan sikapnya terhadap orang lain, maka tawadhu adalah kebalikan semua itu. karena itu setiap hamba yang menyadari hal tersebut tentu akan membebani dirinya dengan segala hal yang di sukai oleh Robb-nya.apabila hakekat tawadhu adlah seorang hamba melihat dirinya kecil, maka hakekat ini membutuhkan perbuatn (amal) yang dapat memantapkan maknanya di dalam hati dan membuatnya mendalam di jiwa.banyak sekali bentuk atau rupa tawadhu. Semuanya bersumber pada memandang diri kecil, dan mencakup berbagai macam hubungan, yaitu hubungan hamba dengan Rabb-nya, hubungan hamba dengan dirinya aendiri, sertahubungan dengan hamba sesamanya.

 Bentuk-bentuk Tawadhu
-Banyak bersujud
-Menunjukkan Kehinaan Diri Dalam Berdo’a
-Tawadhu Ketika Dalam Keadaan Kesulitan Dan keusahan.
Salah satu sikap tawadhu terhadap dirinya sendiri yang paling penting adalah tidak menawarkan diri sendiriuntuk melaksanakan suati tugas, juga memandang dirinya tidak patut untuk melakukan tugas yang di mintakan atau di tawarkan kepadanya.sikap tawadhu seorang terhadap dirinya juga di cerminkan dengan tidak berlagak sombong dan pongah ketika berjalan. Akan tetapi, berjalan sebagai mana Allah menyifatkan hamba-hamba-Nya
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
,”…orang-orang yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati…”(Al-furqaan: 63)

Sikap tawadhu terhadap orang lain mengacu terhadap hakekat bahwa kita tidak lebih baik dari mereka, bagaimanapun pangkat, ilmu dan ibadah kta. Sebagai contoh, duduk bersama dengan orang-orang fkir miskin, makan brsama mereka serta berbincang-bincang dengan mereka.

E. MENUTUP PINTU DI DEPAN NAFSU
Apabila nafsu manusia selalu berusaha untuk mendapat bagianya dalam setiap amal perbuatanya ang dikerjakan oleh hamba, sebagaimana telah kita maklumi, maka hendaknya kita maklumi pula bahwa usahanya usahanyaitu akan terus bertambah gigih pada beberapa kondisi tertentu. Karena itu, kita mesti selalu dalam keadaan siap siaga dan terus berupaya untuk tidak memberikan jalan kepadanya

1. Ketika Memperoleh Nikmat
Dari waktu kewaktu, nikmat-nikmat besar terus mengalir kepada setiap hamba, seperti bertambah rejeki, sukses dalam belajar atau bekerja, bisa membeli rumah baru atasu mengganti mebel baru, dan sebagainya.

2. Ketika Berhasil Melaksanakan Suatu Amal Perbuatan
Ketika berhasil melaksanakan suatu amal yang istimewa, misalnya mendirikan sholat malam, mengajak muslim yang tersesat ke masjid, amar makruf nahi mungkar, dan lain sebagainya.

3. Ketika Mendapat Sanjungan
Ini adlah pintu yang paling berbahaya. Jika di buka di depan nafsu, maka ia akan menemukan lahan yang subur untuk membusungkan dan mengagung-agungkan dirinya. Ini adalah minuman manis dan lezat yang memabukkan serta membuatnya seperti hidu melayang-layang di udara kemabukan, kegembiraan dan keceriaan.

4. Ketika Banyak Bergaul dan Berada di Majelis-majelis yang Tidak Berfaedah
Beberapa kondisi yang memberikan kesempatan bagus bagi nafsu untuk mendesak tuanya untuk memuji dan mengagungkan dirinya, ialah pada saat bergaul dan saat berda dalam majelis-majelis yang tidak faedah sehingga terkadang tanpa sadar seseorang telah membicarakan tentang dirinya, kerjanya, dan kehidupan pribadinya

PENYEMBUHAN MELALUI AL-QUR’AN
1.Kita dapat mengenal allah swt
2.Kita dapat mengenal diri kita
3.Al-Qur’an memberikan resep-resep penyembuhan bagi mereka yang terkena penyakit sombong, berlebihan dalam menilai diri dan mengagumi diri sendiri
4.Al-qur’an senantiasa mengingatkan pembacanya kepada Allah swt

F.PERAN PERHATIAN DAN PENDIDIKAN (AT-TA’AHUD WAT TARBIYAH) DALAM MENYEMBUHKAN UJUB

1.Makna pendidikan
Salah satu makna pendidikan ialah proses mengubah teori-teori menjadi tingkah laku. Hal ini tentu tidak akan terwujut, kecuali dengan suatu proses pendidikan yang berkelanjutan dan pengawasan yang baik.DR. Jaudat sa’id mengemukakan,”Permasalahan tidak hanya terbatas tidak adanya gagasan (ide),tetapi lebih karena itu, adalah mengubah gagasan menjadi keyakinan yang mengambil peran dalam tingkah laku praktis melalui manusia. Karena itu, adnya gagasan lebih tidak meniscayakan keyakinan manusia terhadap gagasan tersebut dengan suatu keyakinan yang tampak dalam tingkah laku dan masuk kedalam bawah sadarnya.

2.Bentuk-bentuk pendidikan
Bentuk bentuk-pendidikan (tarbiah) yang bisa dilakukan
 Mendidik diri sendiri
 Didikan orang tua
 Didikan orang lain

a. Mendidik diri sendiri
Mendidik dan memperhatikan diri sendiri setapk demi setapak merupakan suatu kelaziman bagi mereka yang ingin selalu beristiqomah di jalan Allah. Hendaknya kita bukan saja merasa tidak puas dengan kenyataan yang kita alami, atau hanya mencukupkan diri pada keyakinan bahwa kita perlu mengubah rasa besar diri dan istimewa dari orang lain yang terdapat pada diri kita. Akan teapi, kita harus bekerja keras untuk mengubah kenyataan tersebut.

1.Tanggung jawab bersifat individual
Tangung jawab di hadapan Allah swt. sesungguhnya bersifat individual. Kita semua akan masuk ke kubur sendiri-sendiri.
2.Takut kepada Allah
Takut kepada Allah memiliki andil besar menggugah hati dari kelaleanya. Takut kepada Allah swt. tisdak ubahnya cambuk yang mengenai kalbu untuk membangunkan ia dari kelelapanya, memancing kesiagaan dan kemauanya untuk menyingsingkan lengan dalam perjalananya menuju Allah swt. tanpa takut kepada Allah, hati akan terus nyenyak dan tidak pernah peduli terhadap suatu apapun
.
3. Mendirikan Sholat Malam (Tahajud)
Sholat malam (tahajud) adalah lembaga penempaan keikhlasan, ladang tempat benih-benih ketulusan hati di semai, yang kemudian dapat di petik hasilnya di siang hari

G. KESAMARAN (SYUBHAT) YANG HARUS DI PERJELAS
Ada beberapa hal yang barang kali tidak dapat kita lihat dengan jelas, sehingga kita merasakan ada kontradiksi antra hal-hal tersebut dengan pengertian meremehkan diri dan mengikis berbagai bentuk kesombongan dan besar diri. Diantara keyakinan yang harus dipercayai oleh muslim adalah tidak adanya kerajaan yang hakiki bagi siapa pun di alam raya ini, kecuali bagi Allah swt Hanya Dia-lah pemilik yang hakiki bagi segenap kerajaan langit dan bumi.
أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَى مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ
“Tidaklah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah…?(al-baqarah:107)
Karena itu, segala sesuatu yang terlihat oleh kita atau pun tidak, adalah milik Allah semata. Tidak ada suatu pun yang di miliki oleh selai-Nya, walaupun itu seberat dzarrah.
“Waallah ‘A’lam Bishoowab………