Kamis, 31 Maret 2011

MASA KEEMASAN ISLAM DALAM BIDANG ILMU DI MASA PEMERINTAHAN BANI ABBASIYAH PERIODE PERTAMA


Oleh: Ady Margono

I.                   PENDAHULUAN
Kekuasaan dinasti Bani Abbasiyah merupakan khalifah yang melanjutkan kekuasaan dinasti Ummayyah. Dinasti Abbasiyah merupakan kekuasaan yang didirikan oleh keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Yaitu Abdullah Al-Saffan Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Al-Abbas. Pada dinasti Abbasiyah mencapai masa keemasan islam. Pada masa itu islam mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban, dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, di tambah lagi dengan banyaknya penerjemah buku-buku bahasa asing ke bahasa arab, dan melahirkan tokoh-tokoh intelektual muslim.
Pemerintahan Bani Abbasiyah berdiri pada tahun 132 H/749 M seiring dengan runtuhnya Bani Ummawiyah. Pemerintahan bani abbasiyah runtuh pada tahun 856 H / 1258 M setelah orangh-orang mongol menghancurkan Baghdad dan membunuh kholifah terakhir bani abbasiyah. Dengan demikian, bani abbasiyah menjadi penguasa selama 524 tahun yaitu tahun 132 - 656 H.
Pemerintahan mereka di bagi menjadi dua periode sebagaiman banyak di istilahkan kalangan sejarawan.
1.      Pemerintah Abbasiyah Periode pertama, di mulai sejak tahun 132 - 247 H/ 749-861 M. (Masa kejayaan para kholifah abbasiyah). Ada penguasa di periode ini.
2.      Pemerintaha Abbasiyah Period e ke dua,  di mulai sejak tahun 427-656 H/ 861-1258 M. (masa ini adalah masa lemahnya para kholifah dan lenyapnya kekuasaan mereka. Masa ini dikuasai kalangan militer). Ada sebanyak 27 kholifah yang berkuasa pada masa itu. [1]

II. PEMBAHASAN
  • A.  Masa keemasan Bani Abbasiyah
Dari perjalanan dan rentang sejarah, ternyata Bani Abbas dalam sejarah lebih banyak berbuat dari pada bani Ummaiyah. Pergantian dinasti Ummayah kepada dinasti Abbasiyah tidak hanya sebagai pergantian kepemimpinan saja, padahal lebih dari itu karena telah mengubah wajah dunia islam dalam refleksi kegiatan ilmiah. Pengembangan ilmu pengetahuan pada bani Abbasiyah merupakan pengembangan wawasan dan disiplin keilmuan.
Kontribusi ilmu terlihat pada upaya Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan putranya Al-Ma’mun (813-833 M) ketika mendirikan sebuah akademi pertama dilengkapi pusat peneropongan bintang, Perpustakaan terbesar dan dilengkapi pula dengan lembaga untuk penerjemahan.[2]
  • a.      Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M)
Khalifah ini dilahirkan di Raiyi pada tahun 145 H, beliau adalah seorang putra dari Al-Mahdi dan Khai Zuran, beliau diangkat sebagai khalifah secara resmi pada tahun 170 H. ketika Harun Al-Rasyid memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga pemberontakan. Luas wilayahnya mulai dari afrika utara hingga ,ke India. Pada masanya hidup pula para filosof, punjaga, ahli baca Al-Qur’an, dan para ulama dibidang agama. Didirikan pula perpustakaan yang di beri nama Baitul Hikmah, didalamnya orang-orang dapat membaca, menulis dan berdiskusi. Ini merupakan keagungan Pemerintah Di Zaman Harun Al-Rasyid.
Pemerintah khalifah Harun Al-Rasyid merupakan pemerintahan yang baik dan terhormat, bersih dan penuh kebijakan serta paling luas daerah pemerintahannya. Beliau adalah seseorang sastrawan pencipta cerita-cerita lama dan syair-syair. Di zaman pemerintahannya itu baitul mal di tugaskan menanggung nara pidana dengan memberikan makanan pada setiap orang.
Penyebab kekhalifahan Harun Al-Rasyid menjadi masyhur adalah naungannya ke atas ilmu pengetahuan, dan mendirikan Baitul Hikmah yang merupakan sebuah institusi kebudayaan dan pikiran cemerlang ketika itu, dan merintis jalan ke arah kebangkitan eropa. Dan yang paling utama adalah buku “Seribu Satu Malam” yang telah menduduki tempat paling atas dibidang kesusastraan dunia.

  • b.      Al-Ma’mun (813-833)
Khalifah Al-Ma’mun lahir pada tahun 170 H / 786 M. bertepatan dengan di angkatnya bapaknya yaitu Harun Al-Rasyid menjadi khalifah Bani Abbasiyah yang ke enam. Abdullah Al-Makmun diangkat menjadi khalifah Bani Abbasiyah yang ke delapan setelah saudaranya yaitu Al-Amin meninggal dunia. Beliau di lantik oleh khalifah Harun Al-Rasyid, Al-Ma’mun menyandang gelar khalifah pada tahun 198 H. di zaman Al-Ma’mun itu bermulalah kerajaan Tahiriyah, hasil dari pelantikan terhadap Thahir bin Al-Husain sebagai Amir atau pemerintah bagi wilayah Khurrosan pada tahun 205 H. kerajaan Tahiriyah ini berkelanjutan hingga tahun 259 H. di zaman itu juga bermula kerajaan Ziyadiyah hasil pelantikan terhadap muhammad bin Ibrahim As-Ziadi, sebagai Amir di negeri Yaman dan Tihamah pada tahun 203 H untuk menumpaskan golongan Syiah di sana.
Al-Ma’mun merupakan salah seorang tokoh khalifah Abbasiyah yang paling terkemuka, intelektualnya dan kecintaan kepada ilmu pengetahuan serta jasa-jasanya dibidang tersebut yang telah meletakkan dirinya di puncak daftar khalifah-khalifah Abbasiyah. Di Baitul Hikmah beliau mengumpulkan berbagai ilmu pengetahuan asing, dan memerintahkan supaya dibeli dan dikumpulkan untuknya buku-buku karya beberapa bangsa asing, dan memerintahkan supaya diterjemahkan kedalam bahasa arab. Pada zaman itulah muncul filsafat arab yang agung, yaitu Al-kindi yang menulis mengenai beberapa ilmu pengetahuan. Al-Hajaj bin Yusuf bin Matr telah menerjemahkan untuk Al-Ma’mun beberapa buah buku karya Euclides dan buku Ptolemy.
Di masa kehalifahaan Al-Ma’mun terdapat dua blok kekuatan utama di kerajaan tersebut. Salah satunya adalah lingkungan aristokrasi di istana dan yang lain adalah blok egalitarian dan “Konstitu-Sionalis” yang berdasarkan syari’ah. Faham yang dianut oleh khalifah Abdullah Al-Ma’mun adalah faham Mu’tazilah, yang mana faham tersebut dijadikan sebagai faham resmi negara. Beliau mengemukakan faham Mu’tazilah sebagai faham resmi negara pada tahun 827 M. Ciri-ciri menonjol dinasti Bani Abbasiyah yang tidak terdapat di zaman Ummayah antara lain :
1)      Dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi jauh dari pengaruh arab. Sedangkan dinasti Bani Ummayah sangat berorientasi kepada arab.
2)      Dalam penyelenggaraan negara, kepada masa Bani Abbas ada jabatan wazir, yang membawahi kepala departemen.
3)      Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas.
Lembaga-lembaga yang menjalani perkembangan pada masa pemerintahan Bani Abbas diantaranya :
a)      Maktab / kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan, dan tulisan dan tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu agama seperti tafsir, hadits, fiqh, dan bahasa.
b)      Perpustakaan dan akademi, perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis, dan berdiskusi.[3]


B.     Faktor-faktor pendukung masa keemasan
Melihat perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal tersebut sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa arab, baik sebagai bahsa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Ummayah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Di samping itu, kemajuan itu paling tidak, juga terdapat faktor-faktor pendukung antara lain, yaitu :
a.       Terjadinya asimilasi antara bangsa arab dengan bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan, asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Pengaruh Persia sangat kuat dibidang pemerintahan, selain itu juga berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, matematika, dan astronomi. Sedangkan pengaruh yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat.
b.      Gerakan terjemah yang berlangsung dalam tiga fase;
·         Fase pertama, pada masa khalifah Al-Mansyur hingga Harun Al-Rasyid, dalam menerjemah karya-karya di bidang astronomi dan mantiq.
·         Fase kedua, berlangsung mulai masa khalifah Al-Ma’mun hingga tahun 300 H. buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran.
·         Fase ketiga, berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.

C.     Lahirnya tokoh-tokoh intelektual muslim.
Secara garis besar perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mencapai puncak kejayaan pada masa Harun Al-Rasyid. Dan ada juga gerakan penerjemah sehingga melahirkan tokoh-tokoh islam sesuai dengan keahliannya.

1.      Perkembangan Ilmu Naqli
Yaitu  bersumber dari Naqli (Al-Qur’an dan Hadits), yaitu ilmu yang berhubungan dengan agama islam. diantaranya :
a.       Ilmu tafsir Al-Qur’an adalah sumber utama dari agama islam. Oleh karena itu semua prilaku ummat islam harus berdasarkan kepada keduanya, hanya saja tidak semua bangsa arab memahami arti yang terkandung didalamnya.
b.      Ilmu Kalam, Yang berjasa dalam menciptakan ilmu kalam adalah kaum mu’tazilah, karena mereka adalah pembela gigih terhadap islam dari serangan yahudi, nasrani dan wasani.
c.       Ilmu Tasawuf, Ilmu tasawuf adalah salah satu ilmu yang tumbuh dan matang pada zaman Abbasiyah.
d.      Ilmu bahasa, Pada masa Bani Abbasiyah, ilmu bahsa tumbuh dan berkembang dengan suburnya, karena bahasa arab semakin dewasa dan menjadi bahasa internasional. Ilmu bahasa memerlukan suatu ilmu yang menyeluruh,
e.       Ilmu Fiqh, Zaman Abbasiyah yang merupakan zaman keemasan tamadun islam telah melahirkan ahli-ahli hukum (Fuqoha) yang tersohor dalam sejarah islam dengan kitab-kitab fiqh (hukum).[4]

2.      Perkembangan Ilmu Aqli
Yaitu ilmu yang didasarkan kepada rasio, ilmu yang tergabung ilmu ini kebanyakan di kenal ummat islam berasal dari terjemahan asing.
a.       Ilmu kedokteran
b.      Ilmu Filsafat Al-Kandi (Filosuf Arab)[5]

D.     KESIMPULAN
Dari beberapa permasalahan yang diuraikan diatas dapat kita simpulkan bahwa Bani Abbasiyah merupakan penerus Bani Ummayah pada masa ini, islam mencapai puncak keemasan dan mengalami kejayaan di berbagai bidang, baik intelektual, ekonomi, dan kekuasaan yang telah melahirkan berbagai ahli ilmu pengetahuan. Keberhasilan tersebut tentunya terdapat faktor-faktor yang menyebabkannya keberhasilan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Usairy Ahmad, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Hingg Abada XX, Jakarta: Akbar Media Sarana, 2008, Cet. VI 
Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, kalam mulia. Cet. I, Jil. 2
Hitti Philip K., History of The Arabs, Jakarta: Serambi 2005, Cet. I 
Thohir Ajid, Perkembangan Peradaban Di Kawasasn Dunia Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada: 2004, Cet. I,


[1] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Hingg Abada XX, Jakarta: Akbar Media Sarana, 2008, Cet. VI, hal. 218
[2] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasasn Dunia Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada: 2004, Cet. I, hal. 50
[3] Philip K Hitti., History of The Arabs, Jakarta: Serambi 2005, Cet. I  

[4]  Hasan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Kalam Mulia. Cet. I, Jil. 2, hal. 389-418
[5]  Philip K. Hitti, Op.Cit, hal. 454

Tidak ada komentar:

Posting Komentar